Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Gubernur DKI Jakarta,Ini pilihanku! Mana pilihanmu???

ForumGaya hidup Kristen

476 – 500 dari 542    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 19  20  21  22  Selanjutnya Kirim tanggapan

  • 21 April 2017

    Dan isu ini akan terbawa sampai pilpres 2019, isu sara dan PKI akan tetap menjadi senjata paling ampuh yg akan dipergunakan.

  • SWARRY836

    21 April 2017

    Yess u rite

    Honestly... Kerja ahok bagus tp "penista agama" ditambah pembawaannya dia yg kurang bijak (baca kasar dan ter kesan sombong) memang bikin tambah orang semakin fanatik dengan al 515.

    PARULIAN437 tulis:

    Tapi dgn melihat kondisi seperti sangat sulit untuk memajukan ahok untuk maju ketahap RI 2, karena status "penista agama" sudah teranjur melekat di hati masyarakat muslim mayoritas indonesia....

  • FLN570

    22 April 2017

    sebagai Kristen wajib memilih pemimpin Kristen..wkwk fanatik layaknya tetangga sebelah..

  • LISTON872

    25 April 2017

    FLN570 tulis:

    sebagai Kristen wajib memilih pemimpin Kristen..wkwk fanatik layaknya tetangga sebelah..

    Salah bro, sebagai rakyat wajib pilih pemimpin yang merakyat dan pro pada rakyst.

  • FAJAR882

    25 April 2017

    Copas dari group WA..

    ___________

    Di Balaikota pagi ini bunga2 sdh mulai datang, blm prnh sejarah Gubernur DKI ada peristiwa inisiarif dari masyarakat dg spontan memberikan Karangan Bunga Penghargaan kepada Gubernur DKI atas Kinerjanya yg Terbaik... kejadian sblm2nya..gak pernah ada... Hari ini Sejarah mencatatnya...  Ini bukti nyata masyarakat DKI dan Indonesia mencintai Pak  Ahok dan Pak Jarot....

    Gelombang pengiriman sejuta Bunga Buat Pak Ahok Jarot terus berlangsung sampai kedepan....

    Satu Kata... *" LUAR BIASA ...!!!"????????????*

    _____________

    @Teman2 yg ada di Jkt.: bener gak sih?

  • DANIELRSV697

    26 April 2017

    Guys mau share artikel bagus, dr Sdr. Denny Siregar

    Sebelumnya, artikel ini jgn diartikan kecemasan kita, tapi lebih kpd nawas diri kita.

    Dan kita juga bisa berbuat sesuatu sedikit demi sedikit memberi pengertian pd orang2 sekitar agar mrk tdk mendukung cara2 yg tidak baik.

    *PAKDE JOKOWI, API SUDAH SAMPAI DI PINTU GERBANG RUMAH KITA..*

    - denny siregar -

    Apa yang akan terjadi pada Pilpres 2019 nanti ?

    Mari kita lihat bahwa pertarungan 2019 akan sama dengan 2014. Disana hanya akan ada dua kekuatan besar yaitu Prabowo dan Jokowi.

    Kenapa begitu ? Apakah tidak ada calon lain selain mereka ?

    Tentu ada. Tetapi tidak akan muncul atau dimunculkan. Karena memang disainnya adalah membangun dua kekuatan besar lalu membenturkannya.

    Sebenarmya Pilgub Jakarta kemaren adalah contoh kecil Pilpres nanti. Isu-isu agama akan kembali dimainkan dengan menggunakan masjid-masjid. Kali ini temanya adalah Islam vs PKI.

    Jokowi pelan-pelan akan di stigmakan sebagai PKI.

    Meskipun serangan ini mungkin bukan serangan langsung ke pribadi beliau, tetapi ini akan menghantam orang2 disekitar beliau. Jokowi dikelilingi orang2 PKI, begitu isu besarnya. Dan genderang perang ini sudah dibangun mulai sekarang melalui ceramah, di masjid, pengajian dsbnya.

    Prabowo akan memainkan kembali isu sebagai muslim, terutama ketika dibelakangnya dia adalah Islam garis keras yang tidak perduli siapa pemimpinnya yang penting yang mudah ditunggangi. Persis seperti Ahok, yang dicari adalah momentum kesalahan Jokowi dan dibangun untuk memunculkan demo-demo besar.

    Kali ini untuk meluncurkan demo akan jauh lebih mudah. Penguasaan Jakarta dengan menangnya Anies Sandi adalah keuntungan utama. Masjid Istiqlal akan dijadikan sebagai simbol perlawanan dan memudahkan pendemo dari berbagai wilayah menginap disana.

    Seperti Ahok juga, Jokowi akan dihadapkan pada dua pilihan simalakama.

    Jika kalah, maka negara kembali akan dikuasai para mafia dan sistem yang sudah dibangun susah payah hancur seketika.

    Jika menang, maka kemenangan itu tidak akan diterima lapang dada. Mereka akan berteriak, "Jokowi tidak mungkin menang kecuali main curang.." Persis pilgub Jakarta, kan ?

    Beberapa partai yang awalnya berkoalisi dengan Jokowi dan PDIP akan pecah dan merapatkan barisan dengan Gerindra dan PKS. Terutama Golkar yang sekarang sedang terpecah dua. Juga PPP yang sudah merapat ke Gerindra. Nasdem liat-liat mana yang menguntungkan. Hanura tetap setia.

    Pilpres 2019 akan menjadi pilpres terkeras yang kita lalui. Terutama karena disana banyak kepentingan yang saling berbenturan. Mulai penguasa, pengusaha, politikus dan tentara. Kemungkinan besar tentara akan mulai terpecah sesudah pilpres ini..

    Ada yang bermain, ada yang memanfaatkan, ada yang mengamati dan yang paling berbahaya adalah yang menjadi penunggang setia.

    Mereka yang nanti bertempur di pilpres, tidak sadar bahwa mereka sedang memainkan bola api besar yang panas sekali. Pikiran para politikus ini pendek, yang penting merebut kekuasaan tanpa melihat bahaya ke depan bahwa ada penunggan gelap di punggung mereka dengan jubah KHILAFAH.

    Konsultan politik yang kemaren bermain permainan berbahaya dengan menggunakan masjid sebagai alat politik dan propaganda, juga tidak sadar bahwa ia sedang membangkitkan monster pelan-pelan.

    Yang ada di pikirannya hanya uang dan bagaimana calon yang diusungnya menang. Tidak pernah berfikir bahwa apa yang dia lakukan itu suatu kesalahan besar yang akan disesalinya kemudian..

    Semua elemen nasionalis harus duduk mulai sekarang dan memikirkan langkah apa yang harus dilakukan.

    Sementara ini cuma Banser dan Ansor yang tampak aktif mencegat keberadaan HTI dimana-mana dengan logistik yang kurang. Belum lagi harus menghadapi FPI, FUI, MIUMI dan lain2 yang tidak kalah ganasnya..

    Pemerintahan Jokowi sekarang ini memang kelhatan sekali berada pada posisi bimbang. Jika si Islam garis keras dihantam, mereka akan teriak HAM. Jika didiamkan, mereka merasa bahwa mereka mendapat peluang.

    *Si garis keras ini memang pengecut sekali.*

    Mereka selalu bersembunyi dibaik kata "Islam dan Muslim". Kalau diatas angin, mereka gagah berkoar, "Kami umat muslim mayoritas.." Tapi kalau terpojok tereaknya beda, "Sesama muslim bersaudara, jangan kami diadu domba dengan NU wahai syiah.."

    Apa yang saya paparkan hanya berupa kemungkinan dengan melihat pola yang sama yang mereka lakukan di Suriah dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

    Semoga ini bisa menjadi perhatian kita bersama bahwa kemerdekaan itu tidak diberikan begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dengan sekuat tenaga..

    Salam secangkir kopi...

  • FAJAR882

    26 April 2017

    Copas dari group WA.
    Karena memang lumayan panjang, di sini saya paste-kan dalam 4 (empat) bagian.

    Pledoi Ahok, 25 April 2017, BAGIAN I
    _____________________________

    Luar biasa pleidoinya AHOK. Dia bersaksi tanpa satu orang pun bisa menghentikannya.

    “SAYA BUKAN KAFIR”

    Bapak Ketua Majelis Hakim, dan Anggota Majelis Hakim yang saya muliakan, Yang saya hormati : Tim Penuntut Umum Polisi, TNI dan Petugas Pengadilan Wartawan, Hadirin dan Penasehat Hukum.

    Pertama-tama Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan, yang diberikan kepada Saya. Setelah mengikuti jalannya persidangan, memperhatikan realitas yang terjadi selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, serta mendengar dan membaca tuntutan Penuntut Umum, yang ternyata mengakui dan membenarkan bahwa saya tidak melakukan penistaan agama seperti yang dituduhkan kepada saya selama ini dan karenanya terbukti saya bukan penista/penoda agama. Saya mau tegaskan, selain saya bukan penista/penoda agama, saya juga tidak menghina suatu golongan apapun.

    Kalau kita mau jujur menegakkan hukum diatas semua suku bangsa, agama, ras dan golongan, di dalam sidang semakin jelas sudah terjadi kesalahan fatal dengan memaksakan kasus yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Begitu jelas terungkap bahwa kasus ini, sejak awal adalah rekayasa politik dan merupakan pengadilan massa (trial by the mob) yang didalangi oleh orang-orang yang sejak lama telah membenci saya dan menolak saya dan mencap saya sebagai gubernur kafir. Mereka bahkan sudah melantik gubernur tandingan sejak tanggal 1 Desember 2014. Orang-orang ini juga yang selalu berdemo menolak saya sebagai gubernur dan meneriaki saya sebagai pemimpin kafir. Bahkan menghalalkan untuk membunuh saya. Faktanya terbukti di dalam persidangan ini, semua Pelapor adalah anggota FPI atau ormas yang terafiliasi dengan FPI atau pihak yang sudah dikenal sebagai pembenci saya menyebut saya kafir dan bahkan ada Pelapor yang menghina iman kepercayaan saya pada Tuhan Yesus.

    Padahal jelas saya bukan kafir. Mengapa saya bukan kafir? Karena saya juga taat kepada Tuhan dan agama saya diakui oleh Negara. Dan iman kepercayaan saya didasarkan pada firman Tuhan yang hidup. Itu sebabnya, pada bulan April ini, semua orang Indonesia, suka tidak suka, baru saja merayakan libur nasional pada hari kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung) dan hari kebangkitan Yesus (Paskah) dan perayaan kenaikan Isa Almasih yaitu Tuhan Yesus ke Surga pada tanggal 25 Mei mendatang.

    Perlu saya ceritakan, itulah yang saya imani bahwa Tuhan Yesus mati menggantikan saya yang harusnya binasa karena dosa dan sediakan tempat di Surga setelah dia bangkit dan naik ke surga. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 15:16-20: “Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.”

    (Bersambung..)

    26 April 2017 diubah oleh FAJAR882

  • FAJAR882

    26 April 2017

    (Sambungan: Pledoi Ahok, 25 April 2017, BAGIAN II)
    ________________________________________

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Banyak tulisan yang menyatakan saya ini korban fitnah. Bahkan Penuntut Umum pun mengakui adanya peranan Buni Yani dalam perkara ini. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa saat di Kepulauan Seribu, banyak media massa yang meliput sejak awal hingga akhir kunjungan saya dan bahkan disiarkan secara langsung yang menjadi materi pembicaraan di Kepulauan Seribu, tidak ada satupun yang mempersoalkan, keberatan atau merasa terhina atas perkataan saya tersebut. Bahkan termasuk pada saat saya diwawancara setelah dialog dengan masyarakat Kepulauan Seribu. Namun baru menjadi masalah 9 (sembilan) hari kemudian, tepatnya tanggal 6 Oktober 2016 setelah Buni Yani memposting potongan video sambutan saya dengan menambah kalimat yang sangat provokatif, barulah terjadi pelaporan dari orang-orang yang mengaku merasa terhina, padahal mereka tidak pernah mendengar langsung bahkan tidak pernah menonton video sambutan saya secara utuh.

    Adapun salah satu tulisan yang menyatakan saya ini korban fitnah adalah dari Goenawan Mohammad : “Stigma itu bermula dari fitnah. Ahok tidak menghina agama Islam, tapi tuduhan itu tiap hari diulang-ulang; seperti kata ahli propaganda Nazi Jerman, dusta yang terus-menerus diulang akan menjadi “kebenaran”. Kita mendengarnya di masjid-masjid, di media sosial, di percakapan sehari-hari, sangkaan itu menjadi bukan sangkaan, tapi sudah kepastian. Ahok pun harus diusut oleh pengadilan, dengan Undang-undang “penistaan agama” yang diproduksi rezim Orde Baru, sebuah undang-undang yang batas pelanggarannya tak jelas, dan tak jelas pula siapa yang sah mewakili agama yang dinista itu. Walhasil, Ahok diperlakukan tidak adil dalam tiga hal (1) difitnah, (2) dinyatakan bersalah sebelum pengadilan, (3) diadili dengan hukum yang meragukan. Mengakui adanya ketidakadilan di dalam kasus ini tapi bertepuk tangan untuk kekalahan politik Ahok, yang tidak bisa diubah, sebuah ketidakjujuran.”

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Sebuah ketidakjujuran memang telah terjadi, tetapi kita bisa mengubahnya kalau kita mau jujur dan melihat dengan mata hati perjalanan hidup saya, apa yang telah almarhum Bapak saya ajarkan dan perbuat, khususnya dalam menjalin kekerabatan dan kemaslahatan dengan saudara-saudara Muslim, serta praktik pemerintahan yang saya jalankan yang telah berusaha sebisa mungkin untuk memberikan pelayanan terhadap harapan dan keperluan umat Islam. Karenanya, perlu saya tegaskan apabila saya menguraikan segala keyakinan politik saya dan membeberkan semua maksud dari segala perkataan dan tindakan saya yang menjadi proses dalam perkara ini, maka itu bukan untuk mempropagandakan kebenaran atau menyatakan diri saya yang paling benar dan paling baik, tetapi semata-mata untuk menyatakan apa yang terjadi sesungguhnya seperti tulisan Goenawan Muhammad mengakui adanya ketidakadilan dalam kasus ini, supaya tidak ada lagi orang atas nama apapun mengoyakkan Bhinneka Tunggal Ika yang sudah diletakkan sebagai fondasi oleh para pendiri bangsa (founding fathers).

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Ketika saya memilih untuk mengabdi melayani bangsa tercinta ini, saya masuk ke pemerintahan dengan kesadaran penuh untuk mensejahterakan rakyat – otak, perut dan dompet penuh. Untuk itu, ketika saya memberikan sambutan di Pulau Pramuka, saya memulai dengan kalimat bahwa saya mau cerita ini, biar Bapak Ibu semangat. Dari sambutan saya, jelas sekali bahwa saya hanya punya satu niat saja agar warga tebal kantongnya, mau ambil program yang sangat menguntungkan ini. Terbukti Penuntut Umum mengakui bahwa saya tidak punya niat sedikitpun untuk menghina, menista/menodai agama. Dan saya tegaskan, saya pun tidak punya niat sedikitpun untuk menghina golongan tertentu.

    Tetapi niat baik dan pengabdian saya ternyata tidak cukup! Judy Latif menulis, “Nasionalisme bukan soal dari mana kita bermula, melainkan apa yang kita perbuat. Bahwa kita menjadi makan dari daratan dan lautan kepulauan ini, minum dari air yang terpancar dari perut bumi dan sungai yang mengalir di sini, serta menghirup oksigen dari atmosfir alam raya nusantara ini. Maka, kita punya hutang budi kehormatan terhadap Tanah Air ini. Dimana Bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Kecintaan kepada Nusa Bangsa tanpa mengenal asal-usul itu ditunjukkan oleh Pahlawan Nasional Keturunan Tionghoa, Laksamana Muda John Lie (Jahja Daniel Dharma). Lahir di Manado, 9 Maret 1911, jalan hidupnya mengambil jalur “menyimpang” dengan meninggalkan zona nyaman demi mengabdi kepada Ibu Pertiwi lewat jalur ketentaraan. Ketulusan pengabdian dan kecintaannya pada Nusa Bangsa Indonesia, membuat John Lie memiliki pandangan tersendiri tentang apa yang disebut sebagai “pribumi” dan “non Pribumi”. Menurutnya orang pribumi adalah orang-orang yang pancasilais, sapta margais, yang jelas-jelas membela kepentingan negara dan bangsa. Sedangkan non-pribumi adalah mereka yang suka korupsi dan merugikan kepentingan Nasional. “Mereka itu sama juga menusuk bangsa kita dari belakang. Maka patutlah mereka digolongkan orang non-pribumi”.

    (Bersambung..)

    26 April 2017 diubah oleh FAJAR882

  • FAJAR882

    26 April 2017

    (Sambungan: Pledoi Ahok, 25 April 2017, BAGIAN III)
    _________________________________________

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Apakah kita bisa memilih untuk lahir sebagai suku atau agama apa? Tidak! Semua KedaulatanNYA. Tetapi kita bisa memilih untuk menjadi pribumi dan mengabdi kepada nusa dan bangsa. Saya pun memilih jalur politik untuk melayani masyarakat, walaupun sebenarnya pilihan hidup saya tersebut membuat saya mengambil jalur “menyimpang” melawan arus dengan meninggalkan zona nyaman demi mengabdi kepada Ibu Pertiwi.

    Bicara mengenai melawan arus, mengingatkan saya ketika saya mengajak anak-anak yang mengunjungi saya di Balaikota untuk bersama menonton cuplikan film Finding Nemo melawan arus. Setelah itu saya menjelaskan apa pesan moral dari film Finding Nemo, sebagaimana dapat dilihat dalam video youtube yang saya kutip kembali sebagai berikut:

    “Bapak mau kasih tahu melalui pelajaran ikan ini, kalian bisa lihat ngga tadi? Papanya tidak ijinkan Nemo masuk ke jaring. Ya… jadi jaring tadi, Nemo bisa keluar masuk kan? Ikan besar kan tertangkap? Kalau Nemo ga mau masuk boleh ga? boleh juga, buat apa dia membahayakan nyawanya. Dia masuk… padahal papanya khawatir, kalau masuk, ikan gitu banyak, bisa kejepit, bisa keangkat. Nah kita hidup dijaman orang-orang itu kadang-kadang berenangnya salah arah… jadi persis seperti ikan. Yang benar harus berenang ke bawah, tapi semua ikan ikut jaring ke atas. Kalau dibiarkan ikut ke atas ikan-ikan ini ketangkap akan mati ga? (jawaban anak-anak) mati! Nah bagaimana mereka bisa tau apa yang bener? Nemo yang tahu! Waktu Nemo minta berenang berlawanan arah, kira-kira orang nurut ga? Ga nurut pertama. Jadi sama, kita hidup di dunia ini… kadang kita melawan arus, melawan orang yang ke arah berbeda sama kita. Tapi kita tetap lakukan demi menyelamatkan dia, dia bilang kalau ngga si Dori bisa mati nih, ikan yang biru tadi. Jadi papanya pun mengikhlaskan… merelakan anaknya untuk masuk. Lalu ketika dia mulai teriak minta turun.. Nemo.. papanya tau ngga resiko Nemo? Tahu bisa kejepit mati ikan kecil. Lalu begitu terlepas, ada ngga ikan yang berterima kasih kepada Nemo yang terkapar pingsan? Tidak ada! Jadi inilah yang harus kita lakukan, sekalipun kita melawan arus semua, melawan semua orang berbeda arah, kita harus tetap teguh. Semua tidak jujur, ngga papa, asal kita sendiri jujur. Mungkin setelah itu tidak ada yang terima kasih sama kita, kita juga tidak peduli karena Tuhan yang menghitung untuk kita, bukan orang. Nah, ini pelajaran dari film ikan Nemo, jadi bukan soal ketangkap ikannya itu tadi. Jadi orang tanya sama saya, kamu siapa? Saya bilang saya hanya seekor ikan kecil Nemo di tengah Jakarta… seperti itu. Nah ini pelajaran untuk kita…. (disambut tepuk tangan anak-anak)”.

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Sambutan tepuk tangan anak-anak kecil di akhir cerita saya tersebut, memberikan saya penghiburan dan kekuatan baru untuk terus berani melawan arus menyatakan kebenaran dan melakukan kebaikan sekalipun seperti ikan kecil Nemo dilupakan, karena saya percaya di dalam Tuhan segala jerih payah kita tidak ada yang sia-sia. Tuhan yang melihat hati, mengetahui isi hati saya. Saya hanya seekor ikan kecil Nemo di tengah Jakarta, yang akan terus menolong yang miskin dan membutuhkan (Poor dan Needy) walaupun saya difitnah dan dicaci maki, dihujat sebagai kafir serta darah kafir dianggap halal untuk dibunuh.

    Ironis memang, tetapi seperti Tuhan Yesus Kristus, ketika Dia diadili karena difitnah, Pilatus ingin menyelesaikan kasus fitnah ini dengan menawarkan untuk membebaskan Tuhan Yesus di depan orang banyak karena Pilatus tahu Tuhan Yesus tidak bersalah. Tetapi walaupun mengetahui kebenaran bahwa Yesus tidak bersalah, Pilatus tidak berani membebaskan Yesus karena khawatir akan terjadi pemberontakan besar dan takut kepada orang banyak. Maka dia bertanya, akankah orang-orang tersebut menerima pembebasan dan pengampunan bagi Yesus Kristus? Mereka menolak dan memilih membebaskan Barabas, seorang pembunuh, pemberontak dan penjahat keji. Orang-orang lebih memilih pembunuh keji daripada Yesus, Sang Penyembuh! Pembunuh lebih mereka sukai daripada Pemberi Hidup! Betapa butanya orang-orang tersebut karena berita bohong yang disebarkan para imam. Betapa rusaknya para imam, yang dengan bakat yang sangat hebat dan ketekunan yang sangat besar memengaruhi opini orang-orang dan mengubah mereka menjadi ganas dan penuh niat membunuh. Walaupun Yesus disalib (Jumat Agung), Yesus tidak membenci dan memusuhi tetapi justru mengampuni mereka yang menyalibkannya dan bahkan tetap menyelamatkan mereka ketika dia bangkit (Paskah).

    Sebagai seorang kristen, saya diajarkan hal yang sama untuk mengampuni orang yang memfitnah, membenci dan mencaci maki saya dan memaksa saya diadili di pengadilan ini. Saya akan tetap berbuat baik karena saya tahu kasih menutupi banyak kesalahan dan kita hanya bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

    (Bersambung..)

    26 April 2017 diubah oleh FAJAR882

  • FAJAR882

    26 April 2017

    (Sambungan: Pledoi Ahok, 25 April 2017, BAGIAN IV - Habis)
    ____________________________________

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Seperti John Lie yang walaupun keturunan Tionghoa dan beragama Kristen, memilih untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa dan sadar dirinya adalah pribumi, demikian juga saya yang selalu sadar diri saya adalah pribumi karena seperti pesan Bapa saya, bahwa saya adalah orang Indonesia, punya hak dan kewajiban yang sama di negeri ini dan pekerjaan yang paling mulia adalah menjadi pejabat yang melayani masyarakat, karena orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan nantang pejabat. Kalau mau lawan pejabat yang kotor dan korupsi harus jadi pejabat”.

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Apakah saya yang “double minoritas” di bangsa ini, keturunan Tionghoa dan Kristen, ketika saya mau melayani dan mengabdi kepada bangsa ini, yang hak dan kewajibannya dijamin oleh konstitusi selalu harus berhadapan dengan oknum politisi yang demi mencapai kekuasaan rela mengoyakkan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar hidup kita berbangsa dan bernegara? Pengadilan ini adalah bukti sejarah bahwa realita politik demokrasi bangsa ini masih jauh dari cita-cita luhur pendiri bangsa (founding fathers), yang telah meletakkan fondasi Pancasila dan UUD 1945 yang memberikan jaminan kepada setiap anak bangsa, apapun latar belakang suku, agama dan rasnya boleh menjadi apa saja di negeri ini termasuk menjadi seorang gubernur. Sayangnya, sebagian dari kita tidak berani melawan arus dan masih takut untuk membela kebenaran, keadilan dan taat pada konstitusi, sehingga secara sadar membiarkan terjadinya peradilan ini karena ketakutan pada tekanan massa.

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Saya bersyukur, karena dalam persidangan ini saya bisa menyampaikan kebenaran yang hakiki dan saya percaya bahwa Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini tentu akan mempertimbangkan semua fakta dan bukti yang muncul dalam persidangan ini di mana Penuntut Umum mengakui dan membenarkan bahwa saya tidak melakukan penistaan/penodaan agama seperti yang dituduhkan kepada saya selama ini dan karenanya terbukti saya bukan penista/penoda agama.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, haruskah masih dipaksakan bahwa saya menghina suatu golongan? padahal tidak ada niat untuk memusuhi atau menghina siapapun dan tidak ada bukti bahwa saya telah mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan atau penghinaan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama Islam dan Ulama atau penghinaan terhadap suatu golongan. Saat ini, apakah pengadilan massa (trial by the mob) yang menang atau Pengadilan demi keTuhanan Yang Maha Esa yang menang? Saya menyerahkan kepada Majelis Hakim Yang Mulia, apakah saya dianggap bersalah atau saya harus dibebaskan dari tuntutan Penuntut Umum. Mengutip adagium yang sangat terkenal dalam hukum pidana yaitu, “lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang yang benar.” Saya berkeyakinan bahwa Majelis Hakim akan memberikan keputusan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan karena mengambil keputusan demi keadilan berdasarkan keTuhanan yang Maha Esa.

    Keputusan Majelis Hakim akan menentukan bhinneka tunggal ika akan terkoyak atau apa yang sudah coba dikoyakkan orang yang akan ditenun kembali. Sebab seperti kata Gus Dur, “kita tidak boleh takut-takut. Kalau kita kehilangan keberanian, itulah yang salah, karena hidup kita hanya sekali saja demi kebenaran.” Mungkin orang-orang yang membenci, menyerang, memaki dan menghujat saya berpikir mereka sudah berhasil mengalahkan dan menjatuhkan saya, tetapi saya percaya orang mereka-reka yang jahat, Tuhan pasti mengubahnya menjadi kebaikan. Ingat saja pepatah Tiongkok, ‘Sebelum bunyi empat paku di atas peti mati kamu, kamu tidak bisa nilai orang lain itu baik atau buruk.” Nanti kamu baru tahu apa yang saya kerjakan.

    Majelis Hakim yang saya muliakan, Biarlah sejarah akan mencatat bahwa kebhinekaan hanya dapat dipertahankan dengan menerima perbedaan dan selalu berlandaskan pada konstitusi. Kepada semua rakyat Indonesia yang mencintai kejujuran dan menghargai kebhinnekaan semua orang-orang yang ingin hidupnya bersih, transparan dan profesional dan mau melayani bangsa ini, jangan pernah menyerah seperti si ikan kecil Nemo, berani melawan arus sekalipun nyawa taruhannya, walaupun engkau tidak dihargai, dan tidak ada orang yang berterima kasih. Seperti kata Bung Karno, “perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." Percayalah Tuhan tahu yang terbaik. Bangkit dan jadilah terang di tengah kegelapan korupsi, pencurian uang rakyat, ketidakjujuran dan kemunafikan juga upaya mengingkari konstitusi dan kebhinekaan yang sudah dibangun dengan keringat darah dan nyawa founding fathers kita.

    Majelis Hakim yang saya muliakan. Demikian Nota Pembelaan ini saya buat untuk mematahkan semua tuduhan dan fitnah atas sambutan saya selaku Gubernur DKI Jakarta yang sedang menjalankan tugas di Kepulauan Seribu pada tanggal 27 September 2016 dengan maksud mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program budidaya ikan kerapu, berdasarkan Pasal 31 UU Pemerintah Daerah. Saya percaya Allah itu adalah setia dan adil, sejak awal telah mengetahui akhir cerita hidup kita. Apapun yang telah kita kerjakan dan katakan dan apapun yang telah terjadi pada kita semua adalah atas seijin Tuhan. Percayalah bahwa kekuasaan itu Tuhan yang kasih, Tuhan yang ambil. Tidak ada seorang pun bisa menjabat tanpa seijin Tuhan. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Allah yang memulai pekerjaan yang baik di antara kita akan menyempurnakannya sampai pada akhirnya.

    Jakarta, 25 April 2017
    Hormat saya,
    Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M

    26 April 2017 diubah oleh FAJAR882

  • 26 April 2017

    Terimakasih mas fajar telah mensharekan pledoi pak ahok ini, kemarin gak sempat nonton persidangan beliau. Kita doakan yg terbaik untuk pak ahok.....Gbu

    FAJAR882 tulis:

    Copas dari group WA.
    Karena memang lumayan panjang, di sini saya paste-kan dalam 4 (empat) bagian.

    ...

    (Bersambung..)

    26 April 2017 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • ALEXSANDER708

    26 April 2017

    Copas dari group WA..

    ___________

    Di Balaikota pagi ini bunga2 sdh mulai datang, blm prnh sejarah Gubernur DKI ada peristiwa inisiarif dari masyarakat dg spontan memberikan Karangan Bunga Penghargaan kepada Gubernur DKI atas Kinerjanya yg Terbaik... kejadian sblm2nya..gak pernah ada... Hari ini Sejarah mencatatnya...  Ini bukti nyata masyarakat DKI dan Indonesia mencintai Pak  Ahok dan Pak Jarot....

    Gelombang pengiriman sejuta Bunga Buat Pak Ahok Jarot terus berlangsung sampai kedepan....

    Satu Kata... *" LUAR BIASA ...!!!"????????????*

    _____________

    Memang luar biasa dan bersejarah...

    Hanya yang disayangkan... Dimana para pengirim bunga ini saat pilkada..?? Mengapa tidak menjadi corong untuk mengajak orang lain memilih ahok...??  mengapa tidak berani melapor saat ada pelanggaran dalam pilkada...

    Jika mereka berani...

    Niscaya jakarta tidak hanya bisa berbangga dengan sejarah bahwa pernah dipimpin basuki,  tapi menikmati pembangunan yang dilakukan oleh seorang ahok untuk 5 tahun kedepan...

    #marimerenung

  • FAJAR882

    26 April 2017

    Gerakan Seribu Bunga untuk Ahok-Djarot

    Karangan bunga kiriman warga telah capai seribu lebih di hari ke-2. (Sumber: Harian Indo)

    poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2017/04/karangan-bunga-penuhi-balai-kota.jpg

    www.harianindo.com/wp-content/uploads/2017/04/Karangan-Bunga-dari-Warga-Untuk-Ahok-Djarot-Capai-Seribu-Lebih.jpg

    s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/fileassetsgrid/assets/media/embed/original/1493202305_karangan-bunga-paling-merah-merekah.jpg

    s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/fileassetsgrid/assets/media/embed/original/1493202394_aku-tak-mampu-baca-karangan-bunga-inih.JPG

    (*Foto dari berbagai web.)

    27 April 2017 diubah oleh FAJAR882

  • FAJAR882

    26 April 2017

    ALEXSANDER708 tulis:

    Memang luar biasa dan bersejarah...

    Hanya yang disayangkan... Dimana para pengirim bunga ini saat pilkada..?? Mengapa tidak menjadi corong untuk mengajak orang lain memilih ahok...??  mengapa tidak berani melapor saat ada pelanggaran dalam pilkada...

    Jika mereka berani...

    Niscaya jakarta tidak hanya bisa berbangga dengan sejarah bahwa pernah dipimpin basuki,  tapi menikmati pembangunan yang dilakukan oleh seorang ahok untuk 5 tahun kedepan...

    #marimerenung

    Iya Bro. Saya juga lagi merenung ini.

  • 26 April 2017

    Bro fajar renunganny panjang bngt..  Hehe..

  • YASMINE234

    26 April 2017

    Tapi herannya masih adaaaa aja yang komen2 miring. Yang bilang settingan lah, apalah apalah...bener2 deh...nggak ngalamin kali ya rumahnya jadi bebas banjir sejak Pak Ahok jd gubernur

  • FAJAR882

    26 April 2017

    SETYA612 tulis:

    Bro fajar renunganny panjang bngt..  Hehe..

    Wah, kalau yang di atas itu gak bisa disingkat-singkat atau dipendekkan Bro. (*bukan renungan) Namanya juga pledoi.

    Salut saja sama Pak Ahok, yang mengambil kesempatan memberikan nota pembelaan itu untuk bersaksi (tentang iman kristianinya). Ini persis seperti Rasul Paulus ketika diberi kesempatan menyampaikan pembelaan di hadapan raja atas tuduhan kepada dirinya. (Kisah Para Rasul pasal 26)

    Memang kadang orang (atau khalayak ramai) lebih memilih untuk "menutup mata" dari kebenaran yang nyata-nyata sudah jelas, sedangkan peristiwa yang dipersoalkan pun lagi populer atau sedang trend, sehingga semestinya semua orang sudah tahu kebenarannya.

    Kisah Para Rasul 26:25-26 (TB) - (25)Tetapi Paulus menjawab: "Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat! (26)Raja juga tahu tentang segala perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak ada sesuatu pun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil.

    Lalu, menarik juga memperhatikan komentar raja Agripa dan beberapa orang di pangadilan Paulus itu :

    ¤ Sementara mereka keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Orang itu tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara." (ayat 31)

    ¤ Kata Agripa kepada Festus: "Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar." (ayat 32)

  • 26 April 2017

    menarik membacanya...

    cuma mo bilang, siapa pun yg meneriakan isu agama2 itu, apakah pernah berpikir siapa yg lebih berpihak pada rakyat..?

    ketika ada pengganti yg baru, siapakah yg akan menderita..?

    sepertinya akan banyak sandiwara, settingan, cerita seru dan komedi tentang jakarta dalam 5 tahun kedepan...

  • CHRIST867

    26 April 2017

    ALEXSANDER708 tulis:

    Memang luar biasa dan bersejarah...

    Hanya yang disayangkan... Dimana para pengirim bunga ini saat pilkada..?? Mengapa tidak menjadi corong untuk mengajak orang lain memilih ahok...??  mengapa tidak berani melapor saat ada pelanggaran dalam pilkada...

    Jika mereka berani...

    Niscaya jakarta tidak hanya bisa berbangga dengan sejarah bahwa pernah dipimpin basuki,  tapi menikmati pembangunan yang dilakukan oleh seorang ahok untuk 5 tahun kedepan...

    #marimerenung

    ikut nimbrung ya mz..itu kan pengirim bunga gak hanya warga dr jakarta..dr penjuru luar jkt..jd kan mrk gak bisa ikut memilih ahok kan..??hehehe..yaa yg penting pak ahok sudah bekerja+melayani dgn kasih..

  • 26 April 2017

    Orang baik... kedatangannya dinanti, kepergiannya tak diharap...

  • LISTON872

    27 April 2017

    FAJAR882 tulis:

    Iya Bro. Saya juga lagi merenung ini.

    Mudah mudahan setelah baca pledoi pak ahok, hakim akan menuntuk pak ahok dengan bebas tanpa syarat, kalaupun ternyata bersalah, mudah mudahan lah ntar tuntutan hakim itu cuma hukuman percobaan.

    Gbu always mr. Ahok.

  • CHRISTIAN701

    27 April 2017

    sampai kapan pagelaran karangan bunga di balai kota, dan apakah boleh didatangi / sebagai objek wisata untuk jalan2 / melihat. ada info ? Thanks.

  • LISTON872

    27 April 2017

    FAJAR882 tulis:

    Gerakan Seribu Bunga untuk Ahok-Djarot

    Karangan bunga kiriman warga telah capai seribu lebih di hari ke-2. (Sumber: Harian Indo) poskotanews.com/cms/wp-content ... -balai-kota.jpg www.harianindo.com/wp-content/uploads/2017/04/Karangan-Bunga-dari-Warga-Untuk-Ahok-Djarot-Capai-Seribu-Lebih.jpg

    s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/fileassetsgrid/assets/media/embed/original/1493202305_karangan-bunga-paling-merah-merekah.jpgs3-ap-southeast-1.amazonaws.co ... -bunga-inih.JPG (*Foto dari berbagai web.)

    Hebat bener pak Ahok ya, yang katanya udah menang pilkada (versi QuickCount) aja gak segitu banyak yang ngasih ucapan selamat lewat papan bunga, kok malah yang kalah yang banyak dapat simpati.

  • DEWJ701

    27 April 2017

    Karena sbnrnya msyarakat luas tau kinerja Ahok Djarot adalah kinerja dr hati. Bener bener kerja. Wajar kalo mreka dpt penghargaan sprti itu. Knp ga bs menang? Karena yg saya tahu banyak pendukung mreka adalah dr luar jakarta. Mereka yg kerja di Jakarta tp tinggal di kota lain sgt mrasakan hasil dr kinerja Ahok Djarot. Saya aja sbnrnya bingung knp anies bs menang krna selama menjabat jd menteri pendidikan aja peraturan nya untuk guru guru sperti saya suka bikin bingung. Mskpn pda akhirnya beliau dipecat dr jabatan nya itu krna memang aturan pendidikan yg beliau buat belum jelas sampai skrg dilanjutkan oleh menteri pendidikan yg baru. Yah.. untuk ke depan nya let we see ajah .

  • ARON304

    27 April 2017

    Satu yg ku pahami ahok telah melalui dan lulus ujiannya,, Tuhan akan memberikan tanggungjawab yg lebih besar padanya nanti,, smua baik... Hmm mgkin itu aja kali

476 – 500 dari 542    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 19  20  21  22  Selanjutnya Kirim tanggapan