Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Tolong sarannya donk untuk pemilu presiden 2019 pilih 1 atau 2?

ForumCampur-campur

326 – 350 dari 521    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 13  14  15 ... 21  Selanjutnya Kirim tanggapan

  • 19 Februari 2019

    Pilihnya 1 aja, kalau dipilih ke 2 nya kan jd ga sah 😊😅

  • ZEGA376

    19 Februari 2019

    ZEGA376 tulis:

    Tanah ×x0.000 ha satus: HGU

    Siap dikembalikan  ...

    vs. Bagi2 sertifikat gratis bagi rakyat

  • ZEGA376

    19 Februari 2019

    Victor Abraham

    Tentang memilih Presiden, itu sih terserah aja.

    Kali ini saya mau ngomong soal pilihan lain.

    Tapi tetap menyangkut pak Jokowi dan pak Prabowo.

    dari jawaban inilah kita tahu, *Apakah kita masih bisa berpikir cerdas dan sehat?*

    1. Misalnya, anda seorang istri, anda mau punya suami yang seperti apa?

    >> seperti pak Jokowi atau seperti pak Prabowo?

    2. Misalkan anda punya keluarga, anda mau keluarga yang kayak gimana?

    >> seperti keluarga pak Jokowi atau seperti keluarga pak Prabowo?

    3. Misalkan anda punya karir, anda ingin mencontoh siapa?

    >> mencontoh karir pak Jokowi atau karir pak Prabowo?

    4. Jika anda seorang beragama.

    Anda maunya beragama seperti siapa?

    >> seperti pak Jokowi atau seperti pak Prabowo?

    5. Misalkan anda punya putra putri, anda mau putramu tumbuh seperti siapa?

    >> seperti putra-putrinya pak Jokowi atau seperti putranya pak Prabowo.

    6. Misalkan anda punya atasan, anda mau sifat atasanmu seperti apa?

    >> seperti pak Jokowi atau seperti pak Prabowo.

    7. Misalkan anda seorang Ulama, Pendeta (tokoh Agama) anda nyaman dan mau berdiskusi dengan orang yang seperti apa?

    >> seperti pak Jokowi atau seperti pak Prabowo.

    8. Jika anda mau mencari teladan kehidupan, anda mau mencontoh siapa?

    >> mencontoh pak Jokowi atau mencontoh pak Prabowo.

    9. Jika anda jadi orang tua. Anda mau sifat-sifat anakmu seperti siapa?

    >> seperti pak Jokowi atau seperti pak Prabowo.

    *Nah*, jawaban dari semua pertanyaan ini, menandakan *apakah kita bisa berpikir sehat*.🤔

    _Sebarkan cara memilih pemimpin yang baik ini, karena ini merupakan cara paling mendasar dalam menentukan Calon Pemimpin Kita, lima tahun kedepan._

    #ASA

    Salam NKRI Harga Mati.🇮🇩🙏

  • ANNY595

    19 Februari 2019

    Setelah saya baca dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kok saya tetep milihnya 1 aja ya 😇😁

    ZEGA376 tulis:

    Victor Abraham

    Tentang memilih Presiden, itu sih terserah aja.

    Kali ini saya mau ngomong soal pilihan lain.

    ....

    _Sebarkan cara memilih pemimpin yang baik ini, karena ini merupakan cara paling mendasar dalam menentukan Calon Pemimpin Kita, lima tahun kedepan._

    #ASA

    Salam NKRI Harga Mati.🇮🇩🙏

    19 Februari 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • ZEGA376

    19 Februari 2019

    CIBINK654 tulis:

    Pak Jokowi himbau netizen Stop Uninstallbukalapak

    Beliau jg concern mengenai dana R&D.. dan menasehati Zaki u/ berhati-hati dalam berbicara, apa lagi sampai menyajikan data yg tidak actual.

    #Berita_terupdated

    ZEGA376 tulis:

    "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."

    "

    ...................

    "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."

  • LISTON872

    19 Februari 2019

    ZEGA376 tulis:

    vs. Bagi2 sertifikat gratis bagi rakyat

    Dari debat kemaren memang kelihatan kalo:

    Paslon 01 menguasai masalah negara

    Paslon 02 menguasai tanah negara

  • CHRISTIAN983

    19 Februari 2019

    Baik bung sy catat ini,cuma sj perlu waktu panjang utk pembuktian ini.paling tdk bth waktu 5 th setelah pelantikan presiden 2019 nanti.(siapapun presiden terpilih).sdh takdir jika penyesalan itu datangnya belakangan.sy-kah atw anda yg menyesal,,kita tunggu sj

    ZEGA376 tulis:

    "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."

    19 Februari 2019 diubah oleh CHRISTIAN983

  • CHRISTIAN983

    19 Februari 2019

    1.mmg beda tipis antara menguasai masalah dg hafalan,apalagi jika dilakukan oleh pemain watak terhebat

    2.setau sy sangat tdk gentle menyerang pribadi lawan disaat debat politik dihadapan publik.tp sdh tjd,ya baiklah.pertanyaannya adl bgmn lahan seluas itu dikuasi,scr legal atw ilegalkah.(sy tdk tahu,tp mgkn sj itu lahan tidur yg awalnya minus,tak dilirik pengusaha). Dan kl mmg dikuasai scr ilegal,adl tugas pemerintah utk menyeretnya keranah hukum,bkn malah dipakai senjata utk menyerang scr pribadi dlm debat.sesederhana itu pemikirannya.

    LISTON872 tulis:

    Dari debat kemaren memang kelihatan kalo:

    Paslon 01 menguasai masalah negara

    Paslon 02 menguasai tanah negara

  • CHRISTIAN983

    19 Februari 2019

    Dilanjut nanti ya,mau mandi dulu,udah lengket2 nih,ngga nahan bau ketie...haha

    Eiits sbg org tdk sehat,sy ttp pilih 2 ya.gpp ngga menang yg penting memberikan perlawanan terbaik,itu kata para pendekar2 tarung derajat

  • 19 Februari 2019

    Mereka bicara tentang kekayaan sumber daya alam RI hanya dikuasai 1% penduduk dan 99% rakyat hidup miskin, UU agraria, pasal 33 UUD RI 1945, infrastruktur untuk rakyat bukan rakyat untuk infrastruktur, kesenjangan, aseng dan asing, etc.

    Saya hanya mau mengutip adagium dari negara kincir angin (Belanda) mengatakan: PRAAT ALS EEN KIP ZONDER KOP. BICARA SEPERTI AYAM TANPA KEPALA.

    Tak baik kalau mulut lebih cepat dari otak.

    Berbicaralah sesuai dengan kemampuan. Sometimes, diam dan berbuat lebih baik dari sekadar hanya RETORIKA.

    PESAN :

    Pemilu itu 5 tahun sekali. Memilih hanya 5 menit, tetapi kalau salah dan asal pilih dan pilah, menderitanya 5 tahun. Mari pergunakan hakmu sebaik-baiknya

    .

    #Jangan lupa bahagia.

  • 19 Februari 2019

    Ah sudahlah, Nobita..😏🤐😌😒

  • LISTON872

    19 Februari 2019

    CHRISTIAN983 tulis:

    1.mmg beda tipis antara menguasai masalah dg hafalan,apalagi jika dilakukan oleh pemain watak terhebat

    2.setau sy sangat tdk gentle menyerang pribadi lawan disaat debat politik dihadapan publik.tp sdh tjd,ya baiklah.pertanyaannya adl bgmn lahan seluas itu dikuasi,scr legal atw ilegalkah.(sy tdk tahu,tp mgkn sj itu lahan tidur yg awalnya minus,tak dilirik pengusaha). Dan kl mmg dikuasai scr ilegal,adl tugas pemerintah utk menyeretnya keranah hukum,bkn malah dipakai senjata utk menyerang scr pribadi dlm debat.sesederhana itu pemikirannya.

    1) jangan terlalu naif dengan mengatakan kalo semua yang di omongin jokowi itu cuma hafalan, sehebat apakah orang dengan seusia dia dan sesibuk dia bisa menghafal semua yang di ucapkannya pada debat kemaren?😰😰😰

    2)Yang pasti mereka menguasai tanah seluas itu adalah legal, karna masing masing penguasa tanah memegang HGU yang diberikan berdasarkan penetapan pemerintah dan berhak untuk menguasai tanah tersebut dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

    Saya tidak melihat ada kata kata jokowi yang menyerang pribadi prabowo, dan menurut saya gak ada kata kata jokowi yang membuat prabowo kehilangan muka di depan publik.

  • MELLY459

    20 Februari 2019

    Asli penasaran euyyy hehehe.. Apa yg mendasari bro mengatakan :

    1. Point pertama ini..?

    Klo point ke 2, sy pikir yg menyebabkan akhirnya beliau mengatakan bahwa paslon 02 menguasai ratusan ribu hektar, dikarenakan sang anak yg kaya raya tajir melintir tersebut protes kepada bapak negara yg membagi2kan lahan tanah kepada sodaranya paslon 02 (sy sebut paslon 02 dn rakyat Indonesia adalah anak, krn paslon 01 adalah Bapak Negara.. :-) ) yaitu rakyat Indonesia yg kurang mampu, untuk mengelola lahan yg telah diberikan untuk kesejahteraan mereka (lahan kecil yg diberi izin kelola selama 35thn). Sebenarnya pembagian lahan kepada rakyat kurang mampu ini sudah ada sejak era Presiden Soekarno dan Soeharto, cm bedanya jd hak milik (Trasmigrasi) nahhh yg cm diminta kelola brp puluh tahun koq yaaa pd protes gituuu, kan mereka jg pny hak untuk sejahtera broo hehe.. Nah pemilih HGU ratusan ribu hektar ini yg msh panjang jg kontraknya itu ribut, Apa khawatir lahan HGU itu nantinya akan kembali dikuasai Negara, sprt kita ketahui jutaan hektar tanah negara dikuasai oleh keluarga cendana.. Soooo... :-)

    CHRISTIAN983 tulis:

    1.mmg beda tipis antara menguasai masalah dg hafalan,apalagi jika dilakukan oleh pemain watak terhebat

    2.setau sy sangat tdk gentle menyerang pribadi lawan disaat debat politik dihadapan publik.tp sdh tjd,ya baiklah.pertanyaannya adl bgmn lahan seluas itu dikuasi,scr legal atw ilegalkah.(sy tdk tahu,tp mgkn sj itu lahan tidur yg awalnya minus,tak dilirik pengusaha). Dan kl mmg dikuasai scr ilegal,adl tugas pemerintah utk menyeretnya keranah hukum,bkn malah dipakai senjata utk menyerang scr pribadi dlm debat.sesederhana itu pemikirannya.

  • 20 Februari 2019

    Saya malah antara heran,takjub, aneh, udh pernah nyalonin jd kepala negara kalah n masih kekeh mau nyalonin lagi, lahhhhh....kata gampang ngurus negara segeda gaban gini....wkwkwk, pusingggg yg ada😁😁😁

  • LISTON872

    20 Februari 2019

    NAOMI252 tulis:

    Saya malah antara heran,takjub, aneh, udh pernah nyalonin jd kepala negara kalah n masih kekeh mau nyalonin lagi, lahhhhh....kata gampang ngurus negara segeda gaban gini....wkwkwk, pusingggg yg ada😁😁😁

    Gak usah heran, malah harusnya kita salut dan perlu mencontoh semboyan pantang menyerahnya. Dari sini kita bisa lihat kalo beliau memang tipe pejuang tangguh, meski udah pernah gagal, dia masih mau mencoba lagi, gagal lagi, coba lagi, gagal lagi, coba lagi, gitu aja terus sampe nanti cucunya jokowi nyapres...

  • ADI973

    21 Februari 2019

    Saya pilih yang ber prestasi dari bawah jabatannya sampai ke jenjang paling tinggi di negeri ini, dia dari bawah sampai ke atas sudah menjabat,oke banget deh, anaknya nikah saja acaranya di rumah,gak di hotel mewah, Indonesia baru sembuh dari penyakit KKN,butuh sosok pemimpin seperti ini,dan saya gak mau memilih pemimpin yang di PECAT dari pekerjaan nya, Tuhan Yesus memberkati bangsa Indonesia

  • 21 Februari 2019

    Aku coblos no 1

  • JOHANES988

    21 Februari 2019

    Pilih kamu aja, biar di sahkan nanti.

    😁😁😁😁😁

  • LALA741

    21 Februari 2019

    Dlm kurun wkt krg lbh 14 thn, 4x nyapres tp gagal mele. Scra logika qt pst bs mikir n tau pst ada yg slh dlm diri PS. Klo emg beliau mampu.. Pst ud dr dlu ud jd presiden. Salut sih sm kegigihan beliau untuk trs nyapres.. Dan lbh salut lg sm pendukung nya. Ud tau produk gagal kok ya mbok masih aja di junjung. Hahaha 😂😂😂

  • APRILIN663

    21 Februari 2019

    Masing2 mumgkin uda ada pilihan tp biarlah  DIA yg berdaulat..ketetapan itu hnya dr Dia

  • FAJAR882

    7 Maret 2019

    Copas dari Grup-WA, sebuah bacaan yang sangat menarik, untuk dicermati..

    (*catatan: karena panjang, saya posting dalam 2 bagian.)

    ______________________________

    INDONESIA DARURAT IDEOLOGI

    Refleksi dari Kekawin Baratha Yuddha: Dari Jayabaya, Bung Karno, Hingga Pilpres 2019

    Oleh Dr. Bambang Noorsena

    1. CATATAN AWAL

    Kisah Barathayuddha di Nusantara mula-mula ditulis dalam bentuk kekawin, yaitu "Kekawin Bhāratayuddha". Karya yang berasal dari kerajaan Kadiri ini, termasuk diantara karya-karya sastra Jawa kuno yang termasyhur. Istilah भारतयुद्ध; "Bhāratayuddha" berasal dari bahasa Sanskerta (भरत "Baratha", artinya "dinasti Baratha", dan युद्ध "Yuddha", artinya "perang") , mengisahkan heroiknya perang saudara antar keturunan Baratha, Pandawa dan Kurawa.

    Berdasarkan kronogram pembukaan "Kekawin Bhārata Yuddha", dapat ditentukan karya ini ditulis pada surya sengkala "Sanga-Kuda-śuddha-candramā", yaitu tahun Saka 1079 atau 1157 M, pada zaman Maharaja Jayabaya. Kisah apakah yang terjadi di balik penulisan Kekawin Bhāratayuddha? Sebagaimana "perang saudara" antara Korawa dan Pandawa yang keduanya berasal dari darah Baratha, begitu juga Prabu Jayabaya dan Hemabhupati, keduanya juga anak-anak raja Airlangga, pendiri dinasti Kadiri.

    Jadi, penulisan Kekawin ini dilakukan oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh atas perintah Jayabaya sebagai "sastra ruwat" untuk melegitimasi tindakan Sang Raja sendiri ketika mengalahlan kerajaan Hemabhupati (Kakanda Raja), yang adalah saudaranya sendiri.

    2. PILPRES 2019: "BARATHA YUDDHA" IDEOLOGI PANCASILA VS. "PENUNGGANG GELAP" KHILAFAH

    Perang Baratayuda, sebagai "perang saudara", dengan segala kompleksitas masalah dan pihak-pihak yang memanfaatkannya, ternyata selalu berulang dalam sejarah. Kalau pertarungan politik Jokowi vs. Prabowo murni kompetisi Pilpres, ucapan Amin Rais bahwa Pilpres 2019  sebagai perang Baratha Yuddha, rasa-rasanya berlebihan. Namun bila kita cermati di balik layar adalah kelompok-kelompok internasional dan Islam transnasional anti-Pancasila, yang sedang menunggangi Prabowo-Sandi, ini benar-benar Baratha Yuddha.

    Siapa saja aktor di balik layar itu? Mereka adalah kelompok yang dahulu disebut Bung Karno sebagai NEKOLIM (Neo-Kolonialisme dan Neo-Imperialisme), yaitu kekuatan-kekuatan kapitalis dunia yang akhir-akhir ini murka kepada pemerintahan Jokowi,  seperti divestasi Freport, pengambilalihan blok Mahakam & Rokan, penenggelaman kapal-kapal ilegal fishing, pembubaran Petral dan kebijakan lain yang menghabisi kepentingan kapitalis mereka.

    Dan seperti yang terjadi di belahan bumi lain, kepentingan asing ini biasanya dijalankan oleh aktor-aktor politik dari bangsa kita sendiri, yang dahulu pernah berkuasa, karena mengganggu kepentingan ekonomi mereka. Sisa-sisa laskar lama dengan kekuatan yang yang tak terbatas ini, kini bersekutu dengan Ideologi Khilafah yang jelas anti-Pancasila. Mereka sementara "ketemu taktis" pada Pilpres 2019 untuk menghadapi musuh bersama, yaitu Jokowi. Persekutuan jahat yang kini menjadi "penumpang gelap" dalam Pilpres ini, benar-benar mengancam ideologi negara Pancasila. Indonesia kini benar-benar darurat Ideologi.

    Lalu, sampai dimanakah batas-batas suatu konflik antar "saudara-saudara sebangsa" bisa disebut Barathayuddha? Batasan itu adalah benturan ideologis. Lebih-lebih memasuki abad XXI, ketika Komunis bukan lagi ancaman bagi Barat, maka kekuatan Islam politik yang "dipancing keluar" oleh skenario Amerika Serikat melalui tesis Samuel P. Hunstington "The Clash of Civilization" (1998), kini benar-benar riil mewujud dalam bentuk Islam transnasional, yang menabrak batas-batas bangsa dan otomatis anti-Nasionalisme.

    Itulah gerakan Khilafah a la HTI yang didukung kelompok-kelompok sealiran (PKS, FPI, FUI dan lain-lain) yang khabarnya telah merebut 15.000 masjid dan mushala di wilayah Jabodetabek untuk gerakan mengalahkan Jokowi melalui hoax, fitnah dan ujaran kebencian yang dijalankan dengan sangat masif menjelang Pilpres 2019. Keberhasilan mereka menumbangkan Ahok-Djarot pada Pilgub DKI Jakarta, akan dijadikan model untuk mengalahkan Jokowi-Ma'ruf, 17 April 2019 nanti.

    Karena itu, Pilpres kali ini bukan sekedar pertarungan Jokowi vs. Prabowo, tetapi antara Pancasila vs. Khilafah, antara Islam Nusantara vs. Islam transnasional. Gerakan Khilafah ini tentu saja menolak mentah-mentah credo kebangsaan yang dijarkan oleh Hadratusy Syeikh K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdhatul Ulama (NU): حب الوطان من اليمان "Hub al-Wathan min al-Iman" (Cinta Tanah air adalah bagian dari iman).

    Mungkin saja, Prabowo-Sandi sadar bahwa mereka sedang ditunggangi, karena mereka sendiri juga menunggangi gerakan ideologis militan ini, demi mengalahkan lawan politiknya. Saya yakin, kalau Prabowo-Sandi menang, justru mereka yang akan segera digulingkan, karena tidak ada yang bisa menandingi militansi ideologis HTI and his gank, sementara yang ada pada barisan pendukung Prabowo adalah berbagai kelompok dengan beragam kepentingan masing-masing.

    (bersambung..)

  • FAJAR882

    7 Maret 2019

    (lanjutan..)

    3. LEBIH BAHAYA DARI KARTOSOEWIRJO

    Perbedaan Ideologi pernah membawa 2 orang sahabat harus berpisah. Mereka adalah Bung Karno dan Sekarmadji Kartosowiryo, keduanya murid H. Oemar Said Tjokroaminoto. Pertentangan keduanya tak terelakkan, ketika Kartosowiryo memproklamasikan negara Islam di wilayah NKRI. Kalau sudah begini, relasi Soekarno-Kartosoewirjo melampaui relasi sesama murid Pak Tjokro, tetapi antara NKRI vs. NII, antara Pancasila vs. Negara agama, karena sejatinya Kartosoewirjo telah mendirikan negara dalam negara.

    Sejak itu, Kartosoewirjo menjadi buron. Dan bukan kebetulan pula, kalau sandi penangkapan Kartosoewirjo dinamakan "Barathayuddha". Ini membuktikan bahwa TNI memang menganggapnya sebagai perang ideologis antara NKRI yang berdasarkan Pancasila vs. Negara Islam Indonesia (NII) sebagai "pementasan ulang" perang besar yang dahulu pernah terjadi di padang Kurusetra. Seperti lakon "Kresna Duta", berbagai upaya akomodatif telah dilakukan oleh Bung Karno untuk menjinakkan sahabatnya yang "sesat ideologis" itu.

    Terbukti ketika Bung Karno terpilih sebagai Presiden pertama dari NKRI yang diproklamasikannya bersama Hatta, 17 Agustus 1945, Kartosoewirjo pernah direkrutnya sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Namun ideologi garis kerasnya tak berubah, bukan mendukung republik yang baru diproklamasikan, tanggal 7 Agustus 1949 Kartosoewirjo justru mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dan memaklumkan perang terhadap NKRI, seraya menyerukan: "Bunuh Sukarno,  penghalang Negara Islam".

    Serentetan percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno pun dilancarkan (mulai peristiwa Cikini, penembakan di istana oleh Maukar dan Idul Adha di Masjid Istana), yang semua dilakukan oleh anak buah Kartosoewirjo. Meskipun TNI berhasil menggagalkan percobaan pembunuhan itu, namun ancaman teror terus menghantui masyarakat. Sampai tanggal 7 Juni 1962, ketika operasi TNI dengan sandi "Barathayuddha"-nya berhasil menangkap Kartosoewirjo di gunung Geber,  yang akhirnya dijatuhi dengan hukuman mati karena tindakan makar.

    Jadi, jangan anggap enteng bahaya ideologisasi agama. Bahkan, gerakan Khilafah yang kini mengancam di depan mata, jauh lebih berbahaya. Mengapa? Karena Kartosoewirjo hanya gerakan lokal, sedangkan Khilafah sifatnya transnasional, tak mengenal batas-batas negara, memiliki jejaring internasional yang saling terkait dan bersinambung. Jadi, terlalu naif "merangkul" mereka sekedar untuk memenangkan Pilpres. Pilpres sekedar pesta demokrasi 5 tahunan, sedangkan khilafah melampai semua itu. Sekali memberi angin, sangat sulit menghentikan amukan badai gerakan mereka.

    4. REFLEKSI AKHIR

    Suatu pagi, di tahun 1964. Bung Karno menangis di depan S. Parman, yang menyodorkan kepadanya surat putusan eksekusi mati Kartosuwirjo. Bung Karno tak sanggup menandatangani vonis mati terhadap sesama murid Pak Tjokro, bahkan teman masa kecilnya tersebut. "Kembalilah setelah maghrib", pinta Bung Karno. Sepanjang hari Sang Proklamator gundah, berdoa bersimbah air mata. Setelah shalat maghrib, barulah Bung Karno mantap melangkah, tegas bertindak. Putusan itu ditandatangani, Kartosoewirjo, gembong DI/TII itu, akhirnya ditembak mati dan tamatlah riwayat NII.

    Yang kini ada di depan mata, lebih dari Kartosoewirjo dan DI/TII. Kita bisa merasakan gejolak jiwa Bung Karno untuk menyetujui hukuman mati bagi rekannya sendiri. Sebab sesesat apapun ideologi Kartosoewirjo, harus diakui ia juga punya andil perjuangan. Sama-sama pernah melawan penjajah. Tetapi gerakan Khilafah tidak ada andil juangnya sama sekali. Relakah kita serahkan NKRI, Ibu pertiwi kita, yang merebut kemerdekaannya dengan kristalisasi keringat dan cucuran darah seluruh anak-anaknya, apapun suku, agama dan warna kulitnya, kepada "Khalifah gurun Syria", dan ramai-ramai kita berbai'at kepada orang yang tidak pernah ikut memeras keringat merebut kemerdekaan, bahkan kenalpun sama sekali tidak?

    Kalau kamu diam, golput atau egois mengejar diskon tiket liburan ke luar negeri dan meninggalkan bilik suaramu, bisa jadi ketika kamu pulang liburan nanti, jangan-jangan merah putih tidak berkibar lagi, digantikan  bendara hitam yang menyeramkan. Seperti Arjuna yang sudah diwejang Krisna berhasil mengatasi "ewuh pakewuh"-nya karena harus melawan guru dan saudara-saudaranya, seperti Bung Karno yang akhirnya berhasil melewati romantisme pertemanannya dengan Kartosoewirjo demi tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan keselamatan rakyatnya, maka tegas berkata "No!" kepada ideologi Khilafah yang anti-Pancasila ialah panggilan suci dari Ibu Pertiwi itu sendiri.

    Dalam gejolak jiwa yang mungkin sama, saya memohon tuntunan Ilahi agar mampu bersikap senetral mungkin, menghindari kutub-kutub pilihan politik praktis. Namun akhirnya saya harus berpihak, yaitu berpihak kepada akal sehat: "Jangan memilih yang berteman dengan kaum teroris!" Mengapa? Kebaikan apapun yang kamu dambakan dari mereka yang tidak bisa menghormati ibumu sendiri, mustahil kamu akan mendapatkannya".

    Bagaimana kita mendamba rahmat dari mereka yang menganggap semua pihak yang berbeda adalah kaum kafir? "In the world of the mind", di kota suci Yerusalem, tatkala saya bermazmur dalam iringan kecapi Nabi Daud, kudengar ucap Raja Israel itu dalam keluh: אֲ‍ֽנִי־ שָׁ֭לוֹם וְכִ֣י אֲדַבֵּ֑ר הֵ֝֗מָּה לַמִּלְחָמָֽה  "Anī shalom we kī adabber ḥemmah  lamilḥamah" (Maz. 120:7 "Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang!"). Semoga kita cerdas membaca tanda-tanda zaman. ¶

    Jerusalem, 4 Maret 2019.

    2019 ¶ ISCS©All Rights Reserved

  • EYI683

    7 Maret 2019

    Yang pasti nomor 1..  1 kali lagi memimpin bangsa Indonesia..  

    7 Maret 2019 diubah oleh EYI683

  • 8 Maret 2019

    FAJAR882 tulis:

    Copas dari Grup-WA, sebuah bacaan yang sangat menarik, untuk dicermati..

    (*catatan: karena panjang, saya posting dalam 2 bagian.)

    ______________________________

    INDONESIA DARURAT IDEOLOGI

    Refleksi dari Kekawin Baratha Yuddha: Dari Jayabaya, Bung Karno, Hingga Pilpres 2019

    Oleh Dr. Bambang Noorsena

    1. CATATAN AWAL

    Kisah Barathayuddha di Nusantara mula-mula ditulis dalam bentuk kekawin, yaitu "Kekawin Bhāratayuddha". Karya yang berasal dari kerajaan Kadiri ini, termasuk diantara karya-karya sastra Jawa kuno yang termasyhur. Istilah भारतयुद्ध; "Bhāratayuddha" berasal dari bahasa Sanskerta (भरत "Baratha", artinya "dinasti Baratha", dan युद्ध "Yuddha", artinya "perang") , mengisahkan heroiknya perang saudara antar keturunan Baratha, Pandawa dan Kurawa.

    Berdasarkan kronogram pembukaan "Kekawin Bhārata Yuddha", dapat ditentukan karya ini ditulis pada surya sengkala "Sanga-Kuda-śuddha-candramā", yaitu tahun Saka 1079 atau 1157 M, pada zaman Maharaja Jayabaya. Kisah apakah yang terjadi di balik penulisan Kekawin Bhāratayuddha? Sebagaimana "perang saudara" antara Korawa dan Pandawa yang keduanya berasal dari darah Baratha, begitu juga Prabu Jayabaya dan Hemabhupati, keduanya juga anak-anak raja Airlangga, pendiri dinasti Kadiri.

    Jadi, penulisan Kekawin ini dilakukan oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh atas perintah Jayabaya sebagai "sastra ruwat" untuk melegitimasi tindakan Sang Raja sendiri ketika mengalahlan kerajaan Hemabhupati (Kakanda Raja), yang adalah saudaranya sendiri.

    2. PILPRES 2019: "BARATHA YUDDHA" IDEOLOGI PANCASILA VS. "PENUNGGANG GELAP" KHILAFAH

    Perang Baratayuda, sebagai "perang saudara", dengan segala kompleksitas masalah dan pihak-pihak yang memanfaatkannya, ternyata selalu berulang dalam sejarah. Kalau pertarungan politik Jokowi vs. Prabowo murni kompetisi Pilpres, ucapan Amin Rais bahwa Pilpres 2019  sebagai perang Baratha Yuddha, rasa-rasanya berlebihan. Namun bila kita cermati di balik layar adalah kelompok-kelompok internasional dan Islam transnasional anti-Pancasila, yang sedang menunggangi Prabowo-Sandi, ini benar-benar Baratha Yuddha.

    Siapa saja aktor di balik layar itu? Mereka adalah kelompok yang dahulu disebut Bung Karno sebagai NEKOLIM (Neo-Kolonialisme dan Neo-Imperialisme), yaitu kekuatan-kekuatan kapitalis dunia yang akhir-akhir ini murka kepada pemerintahan Jokowi,  seperti divestasi Freport, pengambilalihan blok Mahakam & Rokan, penenggelaman kapal-kapal ilegal fishing, pembubaran Petral dan kebijakan lain yang menghabisi kepentingan kapitalis mereka.

    Dan seperti yang terjadi di belahan bumi lain, kepentingan asing ini biasanya dijalankan oleh aktor-aktor politik dari bangsa kita sendiri, yang dahulu pernah berkuasa, karena mengganggu kepentingan ekonomi mereka. Sisa-sisa laskar lama dengan kekuatan yang yang tak terbatas ini, kini bersekutu dengan Ideologi Khilafah yang jelas anti-Pancasila. Mereka sementara "ketemu taktis" pada Pilpres 2019 untuk menghadapi musuh bersama, yaitu Jokowi. Persekutuan jahat yang kini menjadi "penumpang gelap" dalam Pilpres ini, benar-benar mengancam ideologi negara Pancasila. Indonesia kini benar-benar darurat Ideologi.

    Lalu, sampai dimanakah batas-batas suatu konflik antar "saudara-saudara sebangsa" bisa disebut Barathayuddha? Batasan itu adalah benturan ideologis. Lebih-lebih memasuki abad XXI, ketika Komunis bukan lagi ancaman bagi Barat, maka kekuatan Islam politik yang "dipancing keluar" oleh skenario Amerika Serikat melalui tesis Samuel P. Hunstington "The Clash of Civilization" (1998), kini benar-benar riil mewujud dalam bentuk Islam transnasional, yang menabrak batas-batas bangsa dan otomatis anti-Nasionalisme.

    Itulah gerakan Khilafah a la HTI yang didukung kelompok-kelompok sealiran (PKS, FPI, FUI dan lain-lain) yang khabarnya telah merebut 15.000 masjid dan mushala di wilayah Jabodetabek untuk gerakan mengalahkan Jokowi melalui hoax, fitnah dan ujaran kebencian yang dijalankan dengan sangat masif menjelang Pilpres 2019. Keberhasilan mereka menumbangkan Ahok-Djarot pada Pilgub DKI Jakarta, akan dijadikan model untuk mengalahkan Jokowi-Ma'ruf, 17 April 2019 nanti.

    Karena itu, Pilpres kali ini bukan sekedar pertarungan Jokowi vs. Prabowo, tetapi antara Pancasila vs. Khilafah, antara Islam Nusantara vs. Islam transnasional. Gerakan Khilafah ini tentu saja menolak mentah-mentah credo kebangsaan yang dijarkan oleh Hadratusy Syeikh K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdhatul Ulama (NU): حب الوطان من اليمان "Hub al-Wathan min al-Iman" (Cinta Tanah air adalah bagian dari iman).

    Mungkin saja, Prabowo-Sandi sadar bahwa mereka sedang ditunggangi, karena mereka sendiri juga menunggangi gerakan ideologis militan ini, demi mengalahkan lawan politiknya. Saya yakin, kalau Prabowo-Sandi menang, justru mereka yang akan segera digulingkan, karena tidak ada yang bisa menandingi militansi ideologis HTI and his gank, sementara yang ada pada barisan pendukung Prabowo adalah berbagai kelompok dengan beragam kepentingan masing-masing.

    (bersambung..)

    Makanya pilih no 👍

  • 18 Maret 2019

    Pilpres cooming Coon

    Pertanyaan? Sekiranya Jokowi menang apa mungkin ada putaran kedua supaya Prabowo menang melihat,..flashback Ahok Anies

    #jaman now

326 – 350 dari 521    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 13  14  15 ... 21  Selanjutnya Kirim tanggapan