Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

SACRED MARRIAGE - GARY THOMAS (#1): PERNIKAHAN

ForumGaya hidup Kristen

1 – 18 dari 18Kirim tanggapan

  • WINNIE059

    31 Mei 2019

    SACRED MARRIAGE - GARY THOMAS (#1): PERNIKAHAN - GETAH PAHIT VERSUS MADU MANIS

    Ketika seorang wanita menulis surat kepada Francis de Sales menanyakan keinginannya yang sangat untuk segera menikah sedangkan salah seorang teman menyarankannya untuk tetap melajang, De Sales menenangkan wanita itu dengan berkata bahwa pernikahan bisa jadi adalah pelayanan tersulit yang bisa ia lakukan.

    De Sales menambahkan kalimat berharga ini:

    "Pernikahan memerlukan lebih banyak kebajikan dan kesetiaan dibandingkan dengan pelayanan yang lain. Pernikahan melatih penyangkalan diri terus-menerus, dari proses yang pahitnya seperti getah tanaman thyme sampai bisa menghasilkan madu kekudusan hidup yang manis (lebah madu yang mengisap nektar dari tanaman thyme dapat menghasilkan madu berkualitas tinggi)."

    --- Gary Thomas, Sacred Marriage, halaman 13, Penerbit Yayasan Gloria.

  • ECHY268

    31 Mei 2019

    Lg antri di slh satu instansi. Tanpa sengaja lihat chat wa org kain kbtln aku duduk di belakangnya, isinya :

    "Abis bangun lgsg makan. Suami istri kok ga ada komunikasi"...

    Lanjutannya ga tau lg, coz ga mw kepo urusan org. Itulah slh satu polemik dlm pernikahan.

    Tulisan di atas byk benarnya mnrtku. Tinggal kita kita yg ingin menikah siap ga menerima konsekwensi dari sbh pernikahan. Hidup ini adlh misteri, kita ga bisa jamin 100 % klw pribadi org yg akn dinikahi apkh setelah menikah tetap baik seperti sblm menikah atau berubah... atau selama ini cuma pura" baik aja.

    Itulah tugas berat yg hrs kita kerjakan. Itulah sebabnya aku lbh suka berteman biasa dl sblm berpacaran.

    Seperti yg sdh sering ku utarakan di threat yg lain di forum ini, nampaknya kaun adam tdk tertarik dg cara pemikiranku itu, mereka lbh tertarik fisik dl. Fisik ok baru, keluarin jurus perayuan dst...

  • ECHY268

    31 Mei 2019

    Kok threat ini sepi ya, pdhl ini lah fakta sebenarnya dlm pernikahan.

    Biar ga sepi, aku ramaikan dg sebuah kisah nyata.

    Aku punya teman yg sdh menikah hampir 14 thn krg lbh. Mereka menikah benar" merangkak dari bawah. Istrinya (temanku), karyawan biasa, suaminya jg. Si istri akhirnya resign dan memilih jd freelance. Mmg temanku ini lumayan pinter melobi klien.

    Dari mereka ngontrak sampe akhirnya bisa beli rumah sendiri berjuang bersama tanpa bantuan keluarga suami. Utk DP rumah, mereka pinjem sbgian dari kel istri. Mmg pd akhirnya setelah punya uang dikembalikan.

    Karena kerjaan si istri lumayan menghasilkan akhirnya dia minta suaminya berhenti kerja karna gajinya cuma umr (hanya Lulusan SMU). Di tambah lg, suaminya punya sakit asam urat. klw kambuh parah, ga bisa jalan. Sering cuti.

    Akhirnya si suami antar"in istri klw urus urusan kerjaannya lah wkt itu msh pakai motor. Tp karna Tuhan melihat kegigihan si istri dlm bekerja byk klien yg tertarik kerjasama dg nya.

    Sampai akhirnya motor berubah jd mobil bekas. Dari mobil bekas sampe bisa beli mobil baru dan bagus. Rumah, dari cuma satu bisa jd 2,3,4,5 dst..

    Ingat ya, si suami tdk pernah terlibat dlm urusan pekerjaan si istri karena si suami ga paham, dia cuma bertugas mendampingi istri saja. Klw kata kasarnya dia cuma supir.

    Tp, si suami ini bersikap ngebossi, setelah keadaan mereka berubah, sikap egoisnya keluar. Klw ada urusan di keluarganya mereka hrs nyumbang besar, tp klw kel istri ya klw ada apa" suka ga iklas. Intinya si suami ini cuek ama kel istri. Tp klw ke kel dia hrs diutamakan. Mengingat dialah kepala rumah tangga. Kalau orang batak bilang Jabuni marga bla...bla..do on. (marganya ga aku sebut ya)

    Ini kel batak lho..

    Inilah yg selalu jd masalah, suaminya sbg boru di kel istrinya klw ada acara suka acuh, malas"an tp klw acara di keluarga dia, even kel jauh wah semangatnya minta ampun.

    Klw ada urusan dg kel istri byk alasan, kaki sakitlah, tp giliran mw liburan ke Bali ke rumah abangnya bisa nyetir.

    itu cuma beberapa contoh.

    Dari keluarga istri sdh sering ngomong dg cara baik",  tp mmg tegar tengkuk nih si suami ga mw berubah. Kadang si istri jg lelah menghadapi suaminya ini. Tp demi anak" dia tetap bertahan.

    Keluarga istri pengen banget, ngomong begini :

    Kamu jgn byk tingkah ya, yg mencari di keluargamu adalah boru kami, adek kami, kakak kami, kau cuma supir ya, ga tau apa", ga usahlah byk tingkah.

    Tp, disisi lain kel istri mikir, klw kami sampe bicara seperti itu, berarti kasar dan yg kasihan adlh boru kami jg.

    Prinsip di keluarga istri adlh sangat taat Firman Tuhan. Almarhum Bapak istri, selalu berpesan ke anak"nya jgn sampe ada yg cerai. Temanku itu pernah bilang, klw aku protes ke dia akhirnya bertengkar. Klw terlalu sering bertengkar malu lah, aplg kel sintua, istrinya ketua seksi wanita di hkbp tempat mereka tinggal. Klw sampai cerai, kasihan anak-anak juga dan takut dosa jg.

    Nah, sampe saat ini ya begitulah ulah si suami ini.  Ke keluarga pihak istri anggap remeh/sepele. Pdhl wkt dl susah pinjem uang ke kel istri. Keluarga dia, lumayan kok abang"nya. Tp dia ga pernah dianggap. Giliran dia sdh lumayan kondisinya barulah ada keluarganya yg mau dekat.

    Nah, mnrt sahabat jkers semua. Dg suami kyk begitu, sdh benarkah sikap istrinya itu yg sllu mengalah, bersabar demi keutuhan rumah tangganya? Mengingat anak"nya msh kecil, yg plg besar mau Smu, mw Smp dan no.3 SD kls 3.

    Kelebihan suami :

    Dibidang paradaton hebat

    Tdk main perempuan, jg tdk suka judi.

  • NOVA945

    1 Juni 2019

    Saya irang batak dan saya HARUS menanggapi ini. Thanks sharing story ini. Tapi ini umum terjadi dalam keluarga batak, dimana konflik2 keluarga inti imbasnya cepat ke kel.besar dan gak jarang kel.besar turut intervensi pula.

    Kalo baca cerita kakak sih emang kasihan si inang itu tapi kan kebenaran harus didengar dari pihak amang itu juga. Pasti ada keluhan2 juga dari suami thdp istri, mustahil si istri terlalu sempurna. Kita kan gak tahu perlakuan istri gimana ke suami, cerita terlalu subjektif nanti penilaiannya kabur kak.

    Saran yang paling tepat adalah "konseling pernikahan".

    Di Indonesia itu dianggap *himana gitu

    Tapi cek di Amerika dan kota besar lainnya, bahkan tiap keluarga harus punya psikatir dan datang min 1 x seminggu.

    Coba kasi saran seperti itu karna konselor pasti objektif penilaiannya, kalo ngeluhnya ke kel.besar yang ada seperi nyitam bensin ke api kecil kak. Percayalah. Orang batak itu kalo sudah gak suka, wadawww sampe pasir di halaman rumahnya pun bisa dibahas, kuping jadi sakit.

    Di konseling nanti, istri dan suami akan keluarkan unek2 mereka tanpa ada beban. Kebayangkan kalo harus keluarkan unek2 depan mertua, bisa emosian semua.

    Disinilah keuntungannya pergi ke konseling. Mereka dewasa menghadapi masalah tanpa melibatkan keluarga, dan harusnya spt itu. Keluarga nanti kaget, loh udah akur?

    Karena suami istri menyelesaikan masalah mereka sendiri.

    Cari konseling pernikahan yg bagus, rekomendasikan konseling yg sama sekali mereka gak kenal supaya netral. Kalo sudah punya rumah 4 kan, uang bukan masalah.

    Daripada bertahan dengan alasan anak, kenapa gak coba cara ini,

    Sudah banyak yg berhasil, coba ajak bujuk teman anda untuk bawa suami ke konseling tanpa intervensi keluarga sedikitpun. Suami itu egonya tinggi tapi logikanya lebih sip. Jauhkan dari namanya keluarga dan itu akan lebih masuk akal ke dia.

    Semoga membantu.

  • LIEZT708

    1 Juni 2019

    Benar sekali. Perkawinan itu bentuk pelayanan seumur hidup yg sangat besar tantangannya. Apalagi bagi umat Katolik yg sulit proses cerai.

    Dari sekian banyak kasus perkawinan di sekitarku, 3 hal penting yg sering menjadi sumber permasalahan: KETERBUKAAN, KOMUNIKASI & UANG.

    Terbuka dalam segala hal, seharusnya dilakoni oleh setiap pasangan. Terbuka satu sama lain, berarti saling mempercayai. Mempercayai satu sama lain, berarti menyerahkan hidupnya satu sama lain.

    Suami istri yg sering berdiskusi banyak hal: rencana sekolah anak, target, hal dan upaya yg akan dilakukan setahun hingga tiga tahun mendatang, dibandingkan dengan kondisi saat ini. Diskusi tentang kelakuan tetangga yg baru pindah, masakan di tempat makan yg sedang populer, cuaca, bahkan biaya bumbu dapur yang kadang menggila, dsb.

    Contoh:

    Istri: Duh, Pa. Bawang putih kemarin hilang di pasaran! Gara2 pilpres n mo Lebaran nih kynya.

    Suami: Hmm.. Trus, kamu mo suruh aku cari dimana?

    Contoh keterbukaan sang istri tentang masalah sehari2, bahwa ia percaya suaminya dapat diajak komunikasi terkait hal tsb. Namun bukan contoh komunikasi yg baik dari pihak suami walaupun kesannya ia menawarkan solusi. Yg biasa terjadi: istri tambah ngomel, suami pusing, keduanya marah2, suasana gak kondusif, istri ngambek, suami makan malam nasi telur ceplok 😁

    Mampu berdiskusi merupakan salah satu indikasi bahwa mereka percaya pasangannya mampu untuk MENDENGARKAN, bertukar pendapat, memberi solusi, teman bicara yang menyenangkan, sehingga masing2 tidak perlu jaim atau menahan pendapatnya.

    Suami yg percaya istrinya tidak boros, akan terbuka terkait pendapatannya, menyerahkan dan mempercayai istrinya untuk mengelola pendapatannya bagi kebutuhan rumah tangga.

    Komunikasi, bagaimana pasangan tersebut belajar waktu demi waktu cara berkomunikasi yang baik, terutama saat sedang menghadapi masalah. Bagaimana menyampaikan keinginan bahkan ketidaksukaan terhadap pasangan, menyatukan visi dan misi, rencana2, dsb.

    Contoh:

    Istri: Duh, Pa. Bawang putih kemarin hilang di pasaran! Gara2 pilpres n mo Lebaran nih kynya.

    Suami: Yaudah, coba masak yg pake bawang merah aja, klo perlu masak yg gak perlu pake bawang skalian.

    Istri: Mana enak klo gak pake bawang??!

    Suami: Mana tau klo gak dicoba? Ntar aku googling deh resep yg gak pake bawang. Ok?

    Istri: ...... Hmmm.. Ok deh.

    Gak jadi perang dunia. Suami tetep makan nasi telur ceplok, karena gak pake bawang 😁

    Kurang lebih seperti itu.

    1 Juni 2019 diubah oleh LIEZT708

  • WINNIE059

    1 Juni 2019

    Saya mengenal konsekuensi pernikahan dari kedua orang tua saya. Awalnya bapak yang menjadi tulang punggung menafkahi namun kemudian menjadi Mama. Terkadang mereka adu mulut, ribut, saling ejek, saling memuji, besoknya berdiskusi lagi. Mama besoknya marah lagi. Bapak yang sakit hati, mama yang merasa bekerja sendiri. Itulah Lika liku rumah tangga. Manusia berubah, kadang plin plan. Konseling bisa ke hamba Tuhan. Keduanya tetap tegar, tetap menerima bahwa pernikahan tidak dapat dipisahkan oleh egois manusia. Sampai akhir hayat memisahkan, sekarang almarhum bapak yang jeleknya, lucunya, bagusnya malah dirindukan.

    Pantaskanlah diri kita, (saya) terlebih dahulu agar menjadi pribadi yang setia dan bijak. Baru/sambil minta jodoh ke Tuhan.

    Oia threat ini sepi mungkin karena mengganggap nanti saja dibicarakan setelah dapat jodoh. That's okay. Tapi menurut saya lebih baik ini menjadi pergumulan sedari dini, agar manjadi lebih siap.

    Note : bukunya sudah ada di Gramedia (no sponsor)

    1 Juni 2019 diubah oleh WINNIE059

  • LIEZT708

    1 Juni 2019

    Biasanya karena bahasannya dianggap berat, ngetiknya musti mikir, malas ngetik panjang, malas berpendapat toh blm ngalamin, dsb. Too, bad.

    Setuju bahwa bahasan ini sekaligus pembelajaran maupun persiapan bagi kita yg blm married. Walaupun blm tentu bisa ngejalani apa yg telah dipelajari, atau mungkin tidak semua yg dipelajari bisa dipraktekkan saat married, setidaknya we do the challenge without nothing. Ada bekalnya. 😊

    WINNIE059 tulis:

    Oia threat ini sepi mungkin karena mengganggap nanti saja dibicarakan setelah dapat jodoh. That's okay. Tapi menurut saya lebih baik ini menjadi pergumulan sedari dini, agar manjadi lebih siap.

    Note : bukunya sudah ada di Gramedia (no sponsor)

  • 1 Juni 2019

    Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan seperti yang pernah Yesus teladani...disitu terdapat Penyangkalan diri yang sejati (tidak ada istilah rumahku, mobilku, dan Ku..ku yang lain), kesetiaan sejati dan keadilan Kasih yang sejati....Yang mengerti hendaklah mengerti...

    Salam Damai Temans...

    Tuhan Memberkati...

  • MUWARDY036

    1 Juni 2019

    Fokus kepada kekhawatiran2 kemungkinan terburuk yg terjadi di masa depan adalah perbuatan yg cukup tidak bermanfaat... dan bisa benar2 menjadi limbah tidak berguna plus berbahaya, JIKA kita tidak "mulai mengerjakan PR" nya mulai dari sekarang.

    Tuhan Yesus sendiri sudah bilang (dan terus diulang di gereja) bahwa siapa yg karena kekhawatirannya dapat menambah sejengkal umurnya?

    Ya, seperti pepatah bilang Lebih baik mencegah daripada mengobati, maka lebih baik memilih dahulu daripada sibuk mencari "obat mental" pasangan kalau terlanjur menikah.

    Lalu, apa PR yg harus dikerjakan sekarang dan masuk akal?

    1. Perluas pergaulan, rajin membaca, buka mata (bukan telinga)... Kita bisa hitung secara statistik (dalam persentase), orang2 apa yg suka bikin onar, yg logikanya terbalik, keras kepala (fanatik dalam arti luas: ntah ngotot dengan budayanya, ngotot dgn agamanya, ngotot dgn caranya, ngotot dgn merk tertentu, dsb). Nah dari orang2 itu, kebanyakan dari suku apa, kelas masyarakat yg mana? Pendidikannya? Dsb...

    Kalau sudah punya datanya, ya kenapa pula kita mesti bertaruh sisa hidup dengan orang mirip2 seperti itu, bukan?

    2. Bagaimana jika tidak menemukan yg lebih baik? Karena jomblo, saya sih sarankan pindah. Ntah pindah kantor, pindah pergaulan, ganti kesibukan, dsb. Apalagi kalau masih anak kost, pindah lah ke tempat lain yg lebih baik. Ya itu perlu perjuangan...

    Tapi itu perjuangan yg lebih jelas DAN terukur daripada sibuk khawatir dapat pasangan rese di masa akan datang yg bahkan belum jelas kepastiannya.

  • LIEZT708

    1 Juni 2019

    Hmmmm... Ada benarnya.

    MUWARDY036 tulis:

    Fokus kepada kekhawatiran2 kemungkinan terburuk yg terjadi di masa depan adalah perbuatan yg cukup tidak bermanfaat... dan bisa benar2 menjadi limbah tidak berguna plus berbahaya, JIKA kita tidak "mulai mengerjakan PR" nya mulai dari sekarang.

    Tuhan Yesus sendiri sudah bilang (dan terus diulang di gereja) bahwa siapa yg karena kekhawatirannya dapat menambah sejengkal umurnya?

    Ya, seperti pepatah bilang Lebih baik mencegah daripada mengobati, maka lebih baik memilih dahulu daripada sibuk mencari "obat mental" pasangan kalau terlanjur menikah.

    Lalu, apa PR yg harus dikerjakan sekarang dan masuk akal?

    1. Perluas pergaulan, rajin membaca, buka mata (bukan telinga)... Kita bisa hitung secara statistik (dalam persentase), orang2 apa yg suka bikin onar, yg logikanya terbalik, keras kepala (fanatik dalam arti luas: ntah ngotot dengan budayanya, ngotot dgn agamanya, ngotot dgn caranya, ngotot dgn merk tertentu, dsb). Nah dari orang2 itu, kebanyakan dari suku apa, kelas masyarakat yg mana? Pendidikannya? Dsb...

    Kalau sudah punya datanya, ya kenapa pula kita mesti bertaruh sisa hidup dengan orang mirip2 seperti itu, bukan?

    2. Bagaimana jika tidak menemukan yg lebih baik? Karena jomblo, saya sih sarankan pindah. Ntah pindah kantor, pindah pergaulan, ganti kesibukan, dsb. Apalagi kalau masih anak kost, pindah lah ke tempat lain yg lebih baik. Ya itu perlu perjuangan...

    Tapi itu perjuangan yg lebih jelas DAN terukur daripada sibuk khawatir dapat pasangan rese di masa akan datang yg bahkan belum jelas kepastiannya.

  • HANA953

    1 Juni 2019

    walaupu saya blom pernah menikah, setidaknya saya pernah baca, trus saya share deh:

    Untuk meramaikan threat ini😀😀😀😀

    Ada 3 tantangan dlm pernikahan:

    #Konflik#

    Tidak ada  orang yang menikah sama persis​selain mereka sama-sama tidak sempurna. (Roma 3:23) Jadi, kadang akan timbul konflik antara suami dan istri, walau mereka terlihat sangat serasi. Adakalanya, mereka mungkin bahkan melontarkan kata-kata yang tidak mengenakkan yang belakangan mereka sesali. Meski idealnya adalah jika suami istri bisa menghindari semua perselisihan, itu tidak realistis. Mereka bisa berhasil jika mereka belajar caranya membicarakan dan menyelesaikan tiap masalah yang timbul.

    #Kekecewaan#. Di tv spt drama Korea,( karna saya pecinta Drakor) (maka ada iklan: hidup bukan seperti drama Korea, sarangheo oppa) selalu disuguhi cerita gadis yang menemukan belahan jiwanya lalu hidup bahagia selamanya,” .Ketika perkawinan tidak bisa menjadi seperti yang mereka khayalkan, dua-duanya akan kecewa. Tentu, setelah menikah, keduanya bakal menemukan ketidaksempurnaan dan kebiasaan aneh yang belum pernah mereka lihat dalam pasangan mereka. Kuncinya, selalu ingat bahwa kasih sejati ”bertekun menanggung segala sesuatu”​—bahkan kekecewaan.​—1 Korintus 13:4, 7.

    #Kekhawatiran#. Alkitab mengatakan bahwa orang yang menikah ”khawatir akan perkara-perkara duniawi”. (1 Korintus 7:33, 34) Kekhawatiran seperti itu normal dan sering kali patut. Misalnya, kamu mungkin merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan materi. Suami istri mungkin harus bekerja untuk menutupi biaya makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi, kamu bisa berhasil kalau kamu bekerja sebagai tim untuk menafkahi rumah tanggamu.​—1 Timotius 5:8.

    Notes: berpacaran ibaratnya bermain layang-layang, perkawinan itu seperti menerbangkan pesawat. Sangat dibutuhkan lebih banyak pengetahuan, sikap serta keterampiln upaya untuk menghadapi guncangan dalam kehidupan dalam pernikahan.

  • LIEZT708

    1 Juni 2019

    Nice share!

    HANA953 tulis:

    walaupu saya blom pernah menikah, setidaknya saya pernah baca, trus saya share deh:

    Untuk meramaikan threat ini😀😀😀😀

    Ada 3 tantangan dlm pernikahan:

    #Konflik#

    ...

    Notes: berpacaran ibaratnya bermain layang-layang, perkawinan itu seperti menerbangkan pesawat. Sangat dibutuhkan lebih banyak pengetahuan, sikap serta keterampiln upaya untuk menghadapi guncangan dalam kehidupan dalam pernikahan.

    1 Juni 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • ECHY268

    1 Juni 2019

    Betul de... Mmg temanku itu pun pasti ga sempurna. Tp aku percaya dg dia coz dah ku lihat dg mata sendiri seh.

    Jd ga subjektif subjektif amatlah penilaianku.

    Mmg lbh baik mereka ke konseling pernikahan. Tp tahu sendirilah, jaranglah ada kaum Bapak" mau konseling. Lha, wong ga merasa ada yg salah dg dirinya. Aplg pria batak.

    Ini cerita ku tulis disini, menanggapi tulisan TS di atas, bhw menikah itu membutuhkan hati  yg besar. Pengabdian, kesabaran, kebajikan, kebijaksanaan dan pelayanan. Klw ga, ya ujung'nya pasti pisah.

    Nah, kisah di atas slh satu contoh, dimana istri hrs berjiwa besar, berhati besar menerima kekurangan suaminya demi keutuhan rumah tangganya, karna itu tadi byk hal yg jadi pertimbangannya. So far rmh tangga mereka baik-baik saja. Masalah baru timbul jika ada keperluan berkaitan ke keluarga istri dan ke keluarga suami yg tdk seimbang tadi.

    Aku punya cth lain.

    Staff di ktrku ada yg baru nikah. Dia cerita ke aku gini : Mba, kmren aku sedih dech, aku ama suami lg ngobrol" ntar kita klw udh punya duit kita beli mobil yg itu ya, kecil gpp yg penting muat buat aku, kamu ama mama (begitu kt suaminya ke dia). Trus aku bilang, trus papa mama dan adekku gimana? ga muat klw mobil yg model itu.

    Nah, itu cth kecil dlm rumah tangga yg buat cek cok. seringkali ada ketidak adilan dlm memperlakukan kel istri dan suami. Biasanya kel suami lbh diutamakan, kel istri no sekian.

    Kita" di JK ini semua khan ingin menikah, jd biar ada tambahan ilmu lah klw ternyata di luar sana byk orang yg menikah tp dg segudang permasalahan yg ada, terutama byk perceraian terjadi karna suami otoriter yg lbh prioritaskan pihak kel nya dibanding kel istrinya.

    Siapkah kita memasuki pernikahan itu dg segala konsekwensi terbaik atau terburuk.

    Ini konteksnya pernikahan kristen ya yg menolak adanya perceraian.

    NOVA945 tulis:

    Saya irang batak dan saya HARUS menanggapi ini. Thanks sharing story ini. Tapi ini umum terjadi dalam keluarga batak, dimana konflik2 keluarga inti imbasnya cepat ke kel.besar dan gak jarang kel.besar turut intervensi pula.

    ..

    Sudah banyak yg berhasil, coba ajak bujuk teman anda untuk bawa suami ke konseling tanpa intervensi keluarga sedikitpun. Suami itu egonya tinggi tapi logikanya lebih sip. Jauhkan dari namanya keluarga dan itu akan lebih masuk akal ke dia.

    Semoga membantu.

    1 Juni 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • CHRISTIAN701

    5 Juni 2019

    ya pernikahan sih harus bisa terima hidup dalam suka dan duka, kepahitan harus bisa dikecap, jangan hanya manisnya saja. harus tahan uji, tahan banting, cobaan, dsb

  • 6 Juni 2019


    Kebetulan Francis de Sales adalah rohaniwan, mungkin pandangannya sesuai dengan nilai yang dia anut.

    Bukan masalahnya yang bikin kita sakit tapi cara pandang kita yang merespon masalah yang buat kita sakit.
    Saya meyakini Francis sebagai rohaniwan menawarkan salib kepada wanita itu.
    Salib adalah totalitas pengorbanan untuk mati terhadap dosa dan hidup untuk kasih (1 Pet 2:24)

    Yang sering membuat kita kecewa adalah harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
    Harapannya manis kenyataannya pahit, sakitnya itu disini.

    Tapi kalau obsesi nilainya adalah kasih dan pengorbanan , dia akan sukacita menerima segala keadaan.
    Hukum alam kadang berlaku universal, pemikir spiritualitas seperti Danah Zohar mendasarkan teori mereka pada hukum hukum fisika.
    “Aksi sama dengan reaksi”.
    Kalau kita sering berkorban dan berbuat kasih , saya pikir respon tidak jauh dari itu.
    Meskipun respon tidak sesuai harapan, tetaplah berbuat kasih, kata bunda Theresa.

    Kata Yesus kuk yang Ku pasang melegahkan.
    Kalau kata motivator, semakin jauh kita keluar dari zona nyaman kita semakin luas zona nyaman kita.

  • 6 Juni 2019

    :up:...

    Saya juga lagi belajar nih Bro...cara berbuat Kasih yang murni tulus...Saya lagi belajar fokus tentang apa yang bisa saya perbuat untuk mengasihi mereka yang lemah/marjinal(berdasarkan Kasih tok). tanpa sebelumnya memirkan keuntungan apa yang bisa saya dapat jika saya membantu mereka (materi/mengharap pujian)...Kasih Bunda Theresia sangat mengilhami saya (walaupun saya masih sangat jauh dibanding beliau)....

    Salam Damai Bro...

    Tuhan Memberkati...

    ROY371 tulis:


    Kebetulan Francis de Sales adalah rohaniwan, mungkin pandangannya sesuai dengan nilai yang dia anut.

    ..

    Kata Yesus kuk yang Ku pasang melegahkan.
    Kalau kata motivator, semakin jauh kita keluar dari zona nyaman kita semakin luas zona nyaman kita.

    6 Juni 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • ESTER168

    6 Juni 2019

    Laki2 macam gini nih yg bikin eneg.. Pdhl bininya gak ngebossi tp kelakuan lakinya gak tau diri. Maksudku, sama2 tau dirilah (istilah kasarnya), atau bekerjasama jadi partner hidup yg benar lah.. Kalo dulu yg cari duit laki2 yg urus rumah adlh istri, kenapa ktika istri yg cari duit laki2 gk mau bantuin urus rumah?? Knp laki2 lebih mentingin egonya ketimbang berusaha jd partner hidup yg seimbang?? Gengsi jadi "pembantu" karna urus rumah?? Kalo gengsi, carilah kerja yg penghasilan menyamai sang istri. Jangan gak tau diri,, udh kerja pas2an cuma buat diri sendiri, bantu urus rumah kagak mau, ditambah sok banyak duit kayak crita dibawah ini 😩😩😩😩😩😩😩😩😩😩😩😩😩😩

    ECHY268 tulis:

    Nah, sampe saat ini ya begitulah ulah si suami ini.  Ke keluarga pihak istri anggap remeh/sepele. Pdhl wkt dl susah pinjem uang ke kel istri. Keluarga dia, lumayan kok abang"nya. Tp dia ga pernah dianggap. Giliran dia sdh lumayan kondisinya barulah ada keluarganya yg mau dekat.

    Nah, mnrt sahabat jkers semua. Dg suami kyk begitu, sdh benarkah sikap istrinya itu yg sllu mengalah, bersabar demi keutuhan rumah tangganya? Mengingat anak"nya msh kecil, yg plg besar mau Smu, mw Smp dan no.3 SD kls 3.

    Kelebihan suami :

    Dibidang paradaton hebat

    Tdk main perempuan, jg tdk suka judi.

  • 6 Juni 2019

    RONNY542 tulis:

    :up:...

    Saya juga lagi belajar nih Bro...cara berbuat Kasih yang murni tulus...Saya lagi belajar fokus tentang apa yang bisa saya perbuat untuk mengasihi mereka yang lemah/marjinal(berdasarkan Kasih tok). tanpa sebelumnya memirkan keuntungan apa yang bisa saya dapat jika saya membantu mereka (materi/mengharap pujian)...Kasih Bunda Theresia sangat mengilhami saya (walaupun saya masih sangat jauh dibanding beliau)....

    Salam Damai Bro...

    Tuhan Memberkati...

    Kita sering melihat orang lemah atau marginal itu hanya dari sisi ekonominya.

    Padahal Yesus sang kasih sejati yang mengasihi kita datang tidak memberih kita makan / ekonomi. Malahan kita diperintahkan untuk memberih makan orang.

    Yesus datang untuk memperbaharui pikiran atau spirit kita (Ef 4:23).
    Jadi hukumnya atau aturannya adalah aturan cara pandang (Rm 7:25).
    Silakan periksa KS, seringkali Yesus marah karena cara berpikir orang.
    Jadi apakah kita mengikuti cara pandang Kristus ?.
    Seperti Petrus cara pandangnya tidak sesuai , langsung dihardik oleh Yesus sebagai iblis.

    Lihat saja kasus diatas, kalau dibawa ke psikolog, yang dipermak itu pikirannya atau cara pandangnya.

    perhatikan lagi kasus diatas, kalau terjadi hal buruk bukan karena marginal loh, tapi sebaliknya.
    Maaf,orang sering melihat kekayaan sebagai berkat tapi faktanya banyak terjadi kekayaan sebagai kutuk. Bukan saja kekayaan materi tapi juga kekayaan lainnya.

    Padahal Tuhan sudah menawarkan rancangan atau jalan damai sejatera semata.
    Contoh dalam kasus ini, kita memuji nilai berharga yang ditawarkan oleh Francis.
    Tapi itu hanya memuaskan sisi intelektual kita tapi tidak menjadi makanan jiwa.
    misalnya ketika menghadapi masalah, nilai berharga itu tidak memberi kekuatan kepada kita untuk mengatasi masalah.

    Sering juga saya lihat ayat favorit member JK “Fil 4:13” tapi kalau koment komentnya terlihat banyak menangisi masalah.
    Karena saya sudah malas ngetik,... jadi hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat datanglah padaKu,..
    “sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”.

1 – 18 dari 18Kirim tanggapan