Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Pendidikan wanita lebih tinggi, apakah menarik atau minder?

ForumPersahabatan dan hubungan

26 – 41 dari 41    Ke halaman:  Sebelumnya  1  2Kirim tanggapan

  • 17 Agustus 2019

    Ada jg sih pria yg berani menikah dng wanita yg pendidikannya lbh tinggi. Jadi engga semua pria minder pd wanita berpendidikan tinggi/lbh tinggi. Di kalangan org Batak dengar2 semakin tinggi pendidikan si wanita sinamot yg harus dibayar di pria kpd klg wanita jg jadi makin mahal. Misalnya, kalo si wanita lulusan SMA sinamotnya Rp 50 jt, lulusan S1 Rp 100 jt dan S2 Rp 150 jt. Ini jg bisa jadi membuat pria yg tdk punya uang Rp 150 jt jadi mundur teratur jika pacarnya S2.

    Psikolog tsb memberikan nasehat tsb krn si wanita berkata,"Saya ini S2, Bu, dan banyak pria yg ga jadi deketi saya pas saya bercerita pd mrk bhw saya sdh S2." Maka si psikolog bilang,"Saran saya jika Anda berkenalan dng pria ngga usah bercerita ttg S2 Anda. Jika mereka bertanya, bilang sj Anda S1." Dlm hal ini, psikolog tsb menyarankan kliennya itu berbohong krn faktanya ya semua pria mundur ketika tau si wanita S2.

    Berita baiknya, ada dating coach (Jose Aditya) yg bilang bhw pendidikan wanita yg tinggi itu ga papa kok, ga bikin pasangannya minder, asalkan si wanita ketika ngobrol engga berkesan menggurui si pria yg pendidikannya lbh rendah. Hindari bicara dng nada menggurui misalnya,"Anak jangan langsung dimarahi kalo dia nakal isengin adiknya sampe nangis."  Sebaiknya diganti sj dng pertanyaan,"Kalo nanti anak kita iseng gangguin adiknya sampe nangis, tu anak sebaiknya diapain ya?" Jadi setiap kali kamu yg cewek ingin menggurui, cobalah ganti ucapan menggurui tsb dng pertanyaan atau saran yg disampaikan dng halus misalnya,"Kalo gini menurutmu gmn?"

    HANA953 tulis:

    Iyakah?krna pendidikan tinggi TDK laku2 alias jomblo TDK ada yg menawar???

    Oh God...

    Baru tau ternyata ada Saran si psikolog latarbelakang pendidikan disembunyikan begitu kira2, kyak main petak umpet.

    Dulu, pendidikan hanya diperuntukan oleh kaum laki-laki. Sekarang bebas siapa pun boleh mengenyam pendidikan.Sseorang wanita  mempunyai pendidikan setinggi mungkin, hal ini semata-mata bukan karena ingin disamakan dengan kaum lelaki, namun agar kaum wanita lebih cakap dan terampil dalam melaksanakan kewajibannya.Begitu juga Kaum lelaki saat ini tidak hanya melihat seorang wanita hanya dari parasnya saja. Wanita cantik mungkin memang menarik perhatian, namun kecerdasan intelektual juga menjadi salah satu hal yang tak kalah penting ( pendidikan itu hal penting) tidak ada seorang pun wanita yang tidak ingin memiliki suami yang mapan (kalo boleh), begitu juga seorang pria yang sudah berada di posisi puncaknya (sukses, ato zaman skrg orangtua heboh kalo calon menantu sdh PNS) akan lebih selektif dan kritis lagi dalam memilih calon pendamping hidup, wanita pun sebaliknya.

    17 Agustus 2019 diubah oleh ANITA089

  • ECHY268

    17 Agustus 2019

    Pemikiran org terlalu cetek jika melihat seorang wanita dg pendidikan tinggi dan sdh usia lanjut blm menikah karena terlalu tinggi pendidikannya itu yg membuat si wanita itu ga laku aduh bahasanya kok kejam ya 'laku". Barang kali ya...

    🤣🤣🤣

    Jgn selalu menilai sesuatu tanpa mengetahui dg jelas duduk persoalannya dg baik. Anda mgkn byk melihat di JK ini wanita yg sdh 40 an ke atas dg pendidikan tinggi blm menikah. Anda khan tidak mengenal secara real life wanita tsb. Mgkn klw ditanya heart to heart bkn karna pendidikannya tp berbagai macam alasannya.

    Jgn selalu percaya dg kata-kata : Katanya...

    Mgkn ada yg seperti itu, satu dua tiga org. Tp ga semuanya.

    Jika demikian hrsnya semua wanita karir pasti ga laku donk. Kenyataannya Wanita yg jd Menteri, anggota DPR, Dokter, Pengacara dst..

    mayoritas pd menikah.

  • 17 Agustus 2019

    ECHY268 tulis:

    Pemikiran org terlalu cetek jika melihat seorang wanita dg pendidikan tinggi dan sdh usia lanjut blm menikah karena terlalu tinggi pendidikannya itu yg membuat si wanita itu ga laku aduh bahasanya kok kejam ya 'laku". Barang kali ya...

    🤣🤣🤣

    Jgn selalu menilai sesuatu tanpa mengetahui dg jelas duduk persoalannya dg baik. Anda mgkn byk melihat di JK ini wanita yg sdh 40 an ke atas dg pendidikan tinggi blm menikah. Anda khan tidak mengenal secara real life wanita tsb. Mgkn klw ditanya heart to heart bkn karna pendidikannya tp berbagai macam alasannya.

    Jgn selalu percaya dg kata-kata : Katanya...

    Mgkn ada yg seperti itu, satu dua tiga org. Tp ga semuanya.

    Jika demikian hrsnya semua wanita karir pasti ga laku donk. Kenyataannya Wanita yg jd Menteri, anggota DPR, Dokter, Pengacara dst..

    mayoritas pd menikah.

    Iya, sis, masyarakat kita memang rada kejam ya dlm me lebel org terutama thd wanita. Adaaa aja generalisasi kejam sprti peratu itu ga laku, janda tuh nakal dan perebut suami org dll. Makanya, jujur aku engga betah tinggal di Indonesia. Pinginnya tinggal di Amerika.

    Mungkin sebagian dari menteri wanita, anggota DPR, dokter, pengacara dll itu  menikahnya di usia 20an sih sis setelah lulus D3 atau S1 (yg artinya pacarannya sejak SMU atau kuliah). Barulah setelah diwisuda dan nikah mereka menjadi menteri dll tsb di saat mrk baru meniti karir. Jadi bukan jadi wanita sukses dulu baru pacaran lalu  menikah. Mungkin sebagian begitu loh jalan hidupnya.

    17 Agustus 2019 diubah oleh ANITA089

  • SWEI888

    17 Agustus 2019

    pendidikan yang terpenting didalam kehidupan ini adalah pengenalan + pengetahuan akan Allah Bapa dan Putra NYA Kristus Yesus :)

    and i am ok with a wife smarter than me.

    17 Agustus 2019 diubah oleh SWEI888

  • ECHY268

    17 Agustus 2019

    Waduhh... jgn sampe ga betah di Indonesia donk sist.. Cintailah negaramu sendiri. Aplg ini lg 17 agustus an.

    Mnrtku ga jg sist..

    Mereka yg cepat bertemu jodoh karena di lingkungannya byk yg seiman dgnnya. Atau lingkungan sekolah sd sampe kuliah tdk pindah" atau msh satu kota atau ga jauh.

    Aku dulu sering mikir. Seandainya aku kuliah di Universitas Kristen Indonesia yg mayoritas kristen, mgkn aku dapat jodoh ( kecuali klw pilih-pilih standart tinggi ya).

    Aku selama kuliah mayoritas teman islam. Jg seandainya aku dl mau aktif di gereja setelah usia 25 ke atas mgkn aku udh ktemu jodoh.

    Wkt usiaku 20 an sampe 23 thn aku ikut aktif di pemuda/i gereja, byk cowok yg dekatin aku yg kristen. Cari pacar ga susah. Tp saat itu khan msh muda, aku punya cita" msh byk yg blm ku raih, jd ga mw nikah muda.

    Kesalahanku saat usia sdh di atas 25 thn ga aktif di pemuda/i gereja. Teman sekolahku udh ga ada komunikasi karna aku sekolah pindah" antar pulau di Indonesia. Mgkn klw aku dari smp, smu dan kuliah di satu kota bisa kemungkinan bertemu jodoh dari teman itu, aplg klw aktif di gereja makin besar kemungkinan utk bertemu jodoh.

    Tp itulah hidup. Byk warna, byk cerita. Byk hal yg melatarbelakangi mengapa seseorang itu blm bertemu jodoh. Kita hrs membuang anggapan yg sifatnya menghakimi bhw karna dia pemilih, dia sombong, pendidikannya terlalu tinggi dll. Even mmg ada yg msh single karna alasan itu tp ga semuanya.

    Kita jg hrs mengakui, kristen di negara ini minoritas. Jd susah bertemu sesama kristen. Ketemunya ya cuma di gereja itu tadi. Tapi ketika para pemuda/i ktemu di gereja pd jaim jg, gimana mw ktemu jodoh. Aku jg sering perhatiin di gereja byk kok pria yg udh usia tinggi blm punya gandengan. Jadi masalah sulit jodoh ini bkn utk wanita doang jg berlaku bagi pria. Hanya saja pria lbh tertutup. Khan harga diri boo...

    Wanita lbh ekspresif.

    ANITA089 tulis:

    Iya, sis, masyarakat kita memang rada kejam ya dlm me lebel org terutama thd wanita. Adaaa aja generalisasi kejam sprti peratu itu ga laku, janda tuh nakal dan perebut suami org dll. Makanya, jujur aku engga betah tinggal di Indonesia. Pinginnya tinggal di Amerika.

    Mungkin sebagian dari menteri wanita, anggota DPR, dokter, pengacara dll itu  menikahnya di usia 20an sih sis setelah lulus D3 atau S1 (yg artinya pacarannya sejak SMU atau kuliah). Barulah setelah diwisuda dan nikah mereka menjadi menteri dll tsb di saat mrk baru meniti karir. Jadi bukan jadi wanita sukses dulu baru pacaran lalu  menikah. Mungkin sebagian begitu loh jalan hidupnya.

  • 17 Agustus 2019

    Hidup di Amerika itu lebih sulit loh kak dari Indonesia. Hehehe...😁😁

    ANITA089 tulis:

    Iya, sis, masyarakat kita memang rada kejam ya dlm me lebel org terutama thd wanita. Adaaa aja generalisasi kejam sprti peratu itu ga laku, janda tuh nakal dan perebut suami org dll. Makanya, jujur aku engga betah tinggal di Indonesia. Pinginnya tinggal di Amerika.

    Mungkin sebagian dari menteri wanita, anggota DPR, dokter, pengacara dll itu  menikahnya di usia 20an sih sis setelah lulus D3 atau S1 (yg artinya pacarannya sejak SMU atau kuliah). Barulah setelah diwisuda dan nikah mereka menjadi menteri dll tsb di saat mrk baru meniti karir. Jadi bukan jadi wanita sukses dulu baru pacaran lalu  menikah. Mungkin sebagian begitu loh jalan hidupnya.

  • 17 Agustus 2019

    Kalau saya sih kejujuran tetap diutamakan. Kalau niatnya mau serius ya jujur aja, D3, S1, S2, S3 or es teler (oopsssyy...jokes). Pun sama untuk label wanita yang settling or bahkan settled.

    Anda mau minder ya sok atuh, mau melangkah bersama menuju hari depan yang lebih cerah (bkn hanya masalah materi saja) sok atuh juga.

    Peace, love and stay classy..✌❤😊

    ANITA089 tulis:

    Psikolog tsb memberikan nasehat tsb krn si wanita berkata,"Saya ini S2, Bu, dan banyak pria yg ga jadi deketi saya pas saya bercerita pd mrk bhw saya sdh S2." Maka si psikolog bilang,"Saran saya jika Anda berkenalan dng pria ngga usah bercerita ttg S2 Anda. Jika mereka bertanya, bilang sj Anda S1." Dlm hal ini, psikolog tsb menyarankan kliennya itu berbohong krn faktanya ya semua pria mundur ketika tau si wanita S2.

  • 17 Agustus 2019

    OK. Silakan.:-) Ada sih bbrp cowok yg pernah minder namun juga tetap melangkah bersama. Kalo ditanya minder atau engga, jawabannya,"Engga kok. Kan semua manusia sama di hadapan Tuhan."Ketika bilang gitu, dia 90% yakin dia ga minder. Soalnya emang seakan ada yg bisikin,"Lu ga usah minder. Ini justru bagus. Ibu yg pintar bs mendidik anak dng baik loh. Ortu lu jg pasti bangga."

    Hanya sj, dikuatirkan entah di dlm masa pacaran atau pernikahan rasa minder yg dipendam itu sbnrnya ga ilang. Cuma ditahan2, diabaikan, ditepis, dipendam2 dan rasa minder itu sdh masuk ke alam bwh sadar (subconsious mind/jauh di lubuk hati yg terdalam kali ya istilah awamnya). Rasa minder itu tersimpan di alam bwh sadar dan bisa muncul dlm bentuk sikap murung, uring2an dan akhirnya kalo berselingkuh ya selingkuhnya dng wanita yg pendidikannya di bawah si pria (ini cara si pria utk mengatasi rasa mindernya).

    Anyway ini bukan nakut2in loh. Mungkin ini hanya segelintir kasus.

    SAURIA580 tulis:

    Kalau saya sih kejujuran tetap diutamakan. Kalau niatnya mau serius ya jujur aja, D3, S1, S2, S3 or es teler (oopsssyy...jokes). Pun sama untuk label wanita yang settling or bahkan settled.

    Anda mau minder ya sok atuh, mau melangkah bersama menuju hari depan yang lebih cerah (bkn hanya masalah materi saja) sok atuh juga.

    Peace, love and stay classy..✌❤😊

    17 Agustus 2019 diubah oleh ANITA089

  • LEONARDO405

    17 Agustus 2019

    SISCA867 tulis:

    Tidak apa2 wanita menanggapi, mungkin punya pengalaman juga. Krn saya menemui beberapa wanita yg pendidikannya sangat tinggi, belum juga menikah. Padahal dari usia, seharusnya sudah menikah. Jadi ingin tahu saja, apakah salah wanitanya yg mgkn standarnya jadi tinggi dan pilih2, atau sebenarnya tidak ada pria yg mendekati, krn pria tidak mau merasa di bawah. Apakah ini menjadikan wanita kalo terlalu tinggi pendidikannya malah mungkin tidak menarik

    Kl buatku.. baik sih kl pendidikan yg wanita miliki itu bs ia selaraskan dan pergunakan sebaik" mgkn. Tp kl ia tdk.. maka tdk lah itu. Ada trtulis.. kl wanita itu hrs tunduk pd suaminya. Jika tdk.. yaa tdk baiklah si wanita itu oleh krn apa yg ia miliki.

  • 26 Agustus 2019

    LEONARDO405 tulis:

    Kl buatku.. baik sih kl pendidikan yg wanita miliki itu bs ia selaraskan dan pergunakan sebaik" mgkn. Tp kl ia tdk.. maka tdk lah itu. Ada trtulis.. kl wanita itu hrs tunduk pd suaminya. Jika tdk.. yaa tdk baiklah si wanita itu oleh krn apa yg ia miliki.

    Ya, mau ga mau istri memang harus tunduk pd suaminya. Cuma, dikuatirkan kalo si wanita pendidikannya lbh tinggi dari suaminya di alam bwh sadar (jauh di lubuk hati yg terdalam) si wanita rasa hormat itu kurang. Soalnya si wanita akan merasa lbh berboboti drpd si pria. Selama si wanita bisa mengendalikan rasa lbh hebat sih ga papa. Hanya sj, lewat ekspresi wajah dan nada suara itu bs sulit. Senyum merendahkan dan nada suara yg tinggi bisa dilontarkan si istri pd suami tnpa disadari.

    26 Agustus 2019 diubah oleh ANITA089

  • CLARA407

    27 Agustus 2019

    Justru aku yg minder jika pasanganku kelak memiliki jenjang pendidikan dibawahku.. Maaf bukannya sombong, cuma menurutku pendidikan itu sangat penting.. Karena dengan pendidikan kita bisa menilai integritas seseorang... Soalnya saya punya pengalaman pribadi,, ya walaupun mungkin tidak semuanya akan seperti ini...

    "jadi aku punya kakak sepupu,, S1 Ekonomi sedangkan suaminya tamatan SMA,, awalnya dia tidak mempermasalahkan hal itu,, katanya cinta tidak dinilai dari status pendidikan.. Akhirnya pernikahan pun dilaksanakan,, 2 3 tahun berjalan dengan mulus, sampai anak mereka lahir.. Disitulah dimulai cekcok2 sampai membahas pendidikan dan akhirnya terjadilah keributan... Tapi akhirnya, permasalahan bisa diselesaikan dengan perdamaian, singkat cerita saat ini kakak perempuan saya yang bekerja dan suaminya yang menjaga anak2 mereka, bahkan sampai memasak.. Menurut saya itu salah, maka dari itu saya tidak mau mengulang pengalaman kakak saya dalam kehidupan saya.."

    27 Agustus 2019 diubah oleh CLARA407

  • DETRAN002

    27 Agustus 2019

    Setinggi apapun pendidikan kita, pasti masih kalah sama Sumsang yang udah S10

    #eh

    Untuk saya pribadi sih biasa aja

    Selama cara berpikirnya baik dan pasangannya bisa mengimbangi

    Dalam hal ini, blm tentu jg yg pendidikannya lbh tinggi itu pemikirannya lebih baik

    Jd inget FirTu, cari pasangan haruslah sepadan, dalam bidang pendidikan saya rasa tidak bisa di kaitkan dengan jenjang pendidikan tp lebih ke sepadan dalam cara berpikir

  • 27 Agustus 2019

    Good point. Trims sdh sharing hal ini sista. Hal ini juga tentu pernah kita temui dlm kehidupan sehari2 kan. Itu sebabnya yg belum menikah juga punya pertimbangan2 mengenai hal ini.

    CLARA407 tulis:

    Justru aku yg minder jika pasanganku kelak memiliki jenjang pendidikan dibawahku.. Maaf bukannya sombong, cuma menurutku pendidikan itu sangat penting.. Karena dengan pendidikan kita bisa menilai integritas seseorang... Soalnya saya punya pengalaman pribadi,, ya walaupun mungkin tidak semuanya akan seperti ini...

    "jadi aku punya kakak sepupu,, S1 Ekonomi sedangkan suaminya tamatan SMA,, awalnya dia tidak mempermasalahkan hal itu,, katanya cinta tidak dinilai dari status pendidikan.. Akhirnya pernikahan pun dilaksanakan,, 2 3 tahun berjalan dengan mulus, sampai anak mereka lahir.. Disitulah dimulai cekcok2 sampai membahas pendidikan dan akhirnya terjadilah keributan... Tapi akhirnya, permasalahan bisa diselesaikan dengan perdamaian, singkat cerita saat ini kakak perempuan saya yang bekerja dan suaminya yang menjaga anak2 mereka, bahkan sampai memasak.. Menurut saya itu salah, maka dari itu saya tidak mau mengulang pengalaman kakak saya dalam kehidupan saya.."

  • SITUMORANG254

    27 Agustus 2019

    SISCA867 tulis:

    Maaf, cara hapus forum ini gimana ya? 🤣

    Sebagai pria:

    1. Anda akan memilih wanita dengan pendidikan lebih tinggi, di bawah Anda atau setara dengan Anda?

    2. Menurut Anda lebih menarik wanita cantik atau wanita cerdas?

    3. Apakah Anda akan mengurungkan niat Anda, apabila ternyata wanita yg Anda dekati memiliki pendidikan yg lebih tinggi dari Anda?

    1. Yang penting wanita itu berpendidikan lah. Tp kalau pendidikannya trllu ketinggian juga aku malah jd minder. Krn akupun tamat dr SMK krn bantuan dan dibesarkan oleh Alam itupun senangnya udh luar biasa.

    2. Wanita cerdas.

    3. Mengurungkan niat sih nggak, tp mgkn lebih memposisikan diri aja.

  • MARK239

    5 September 2019

    SISCA867 tulis:

    Maaf, cara hapus forum ini gimana ya? 🤣

    Sebagai pria:

    1. Anda akan memilih wanita dengan pendidikan lebih tinggi, di bawah Anda atau setara dengan Anda?

    2. Menurut Anda lebih menarik wanita cantik atau wanita cerdas?

    3. Apakah Anda akan mengurungkan niat Anda, apabila ternyata wanita yg Anda dekati memiliki pendidikan yg lebih tinggi dari Anda?

    1. Pendidikan yang tinggi belum menjamin kalau dia lebih cerdas. Ini terbukti apabila ramai karyawan dibawah saya, (cewe-cewe cantik ky bidadari) yang memiliki ijazah lebih tinggi dari saya ternyata tidak bisa membawa hasil kerja yang setimpal, malah apabila diajak berdiskusi secara ilmiah dan "deep intellectual level", juga jauh sekali.

    Jadi, bagi saya tahap pendidikannya sama sekali tidak penting.

    2. Sebagai lelaki, jujurnya, cantik. Tetapi akan cepat bosan jika wanita cantik itu terlalu kurang cerdas juga. Harus ada "minimum requirement" juga. Wkwkwkwk

    3. Tidak, malah saya akan terus mendekat sampai dapat. :P

    5 September 2019 diubah oleh MARK239

  • 5 September 2019

    No.1

    Aku masih berpedoman pada prinsip awal sama sama mau dulu

    Jadi jelas jawabnya YA, tapi terserah si perempuan terima diriku yang seadanya begini, setelah aku memilihnya lebih dulu tentu saja

    Secara blak blak-an bisa ku katakan di awal rasa wAw itu pasti ada, lebih ke kagum sih daripada minder

    Karena pada dasarnya masa hidup kita di dunia bukan melulu kesempatan dariNYA dalam berkarya tapi juga terus BELAJAR jadi biar ku perjelas institusi pendidikan dengan segala reputasinya yang terhormat sekalipun, tidak ada satupun yang bisa menjamin lulusannya menjadi orang baik, menjadi terpelajar : sangat benar dan tak diragukan lagi , bahkan pemimpin pemimpin besar di Republik ini mengenyam pendidikan di Universitas universitas urutan ranking 1, 2, 3 secara nasional serta masuk dalam pencetak akademisi yang diakui pada level internasional juga

    Contoh fiktif kisah kehidupan tentang hasil lulusan entah S1, S2 atau bahkan S3 :

    Pertama

    Mahasiswi lulusan universitas terkenal dalam negeri bisa di terima kerja di perusahaan luar negeri : gaji dollar, mengharumkan nama Indonesia, semua mata tertuju pada dirinya [ seperti jargon ajang kecantikan nasional ] bagi yang mengenal prestasi serta reputasinya tentu saja, ini sisi postifnya yang kelihatan

    Kedua

    Mahasiswa lulusan universitas luar negeri tentu yang bergengsi, sukses di bidangnya setelah selesaikan studinya kembali ke Indonesia, bekerja beberapa tahun di perusahaan lokal multinasional, merasa kurang sukses dengan karirnya mencoba peruntungannya di dunia politik, nyaleg jadi DPRD dulu lah . .

    Pemilukada selesai, terpilih lah dirinya, menjabat 1 periode, nyaleg lagi, ehh . . Kepilih lagi lanjut periode selanjutnya, tau tau masuk berita terciduk K.P.K karena kasus korupsi

    2 kisah diatas murni fiktif belaka tapi sangat mungkin terjadi bahkan bisa jadi dari 1 universitas yang sama, menghasilkan 2 macam lulusan yang pertama buat kesan BAIK, sisanya jadi AIB bagi sekelilingnya termasuk yang terkait dari masa lalunya dalam konteks saat ini, tercorengnya nama Universitas yang telah memberinya gelar kelulusan pada hari Yudisiumnya

    Karena dunia tak selebar daun kelor begitu kata orang dulu, maka penting tidaknya pendidikan bisa ku analogikan begini :

    Anda beli tanah tapi tidak di sertai sertifikat resmi dari Notaris atau P.P.A.T, jika ada yang berusaha mengklaim itu tanah menjadi milik orang lain, ya kenapa tidak, di mata hukum anda pasti kalah, di mata masyarakat, anda pasti di anggap salah karena beli tanpa di sertai bukti yang SAH dari kantor ATR / Agraria + campur tangan Notaris untuk melegalkannya kan ?

    Ada yang bilang IJAZAH itu cuma kertas, ter bakar, kena banjir, ketimpa bangunan karena gempa atau tanah longsor, habis sudah toh itu cuma secarik kertas ?

    Tapi sama seperti secarik kertas dari Notaris tsb tidak ada kertas ya tidak di akui alias tidak ada yang tau walau koar koar sampai urat leher hampir putus sekalipun

    No.2

    Sama jawabku sama sama mau dulu ya, baru di tinjau kembali karena 2 hal itu variabel yang berubah ubah tiap jenjang usia, beda standar pula tiap individu dalam menilainya

    No.3

    Urungkan niat itu jika sudah melalui serangkaian beberapa proses dan uji kelayakan hati yang panjang( belum tentu lama ), ujung ujungnya kalau hati tidak sreg, mau bagaimana lagi ?

    5 September 2019 diubah oleh VEKA741

26 – 41 dari 41    Ke halaman:  Sebelumnya  1  2Kirim tanggapan