Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Menerima ga kalau pasangan ada gangguan mental?

ForumCampur-campur

1 – 12 dari 12Kirim tanggapan

  • 21 Februari 2020

    gengs... pengen nanya nih. mohon maaf kayanya belum ada thread yg membahas ini.

    Gw agak ragu si awalnya bahas ini,soalnya masalah kesehatan jiwa masih dianggap hal yg tabu utk dibicarakan.

    Jujur gw penasaran bgt,apakah teman2 di sini akan menerima atau tidak pasangan yg memiliki gangguan mental.

    bukan gangguan mental spt orang yg ga sadar di jalan krn skizofrenia ya. tp misalnya spt OCD, bipolar, anxiety,borderline dll( penyakit ini bukan self diagnose ya tp uda ditegakkan diagnosanya sama psikiater atau psikolog)

    Kalau kalian dihadapkan dgn pasangan spt ini apakah kalian akan maju terus atau lebih baik mundur perlahan dan cari yg ga ada gangguan mental?

    kalau memangnya misalnya kalian sbg individu yg mengalami gangguan mental ( dan terkontrol ya) kapan waktu yg tepat utk menjelaskan ke pasangan?

    declare di awal atau setelah udah serius jalan sekian lama.

    thanks alot. gbu.

    21 Februari 2020 diubah oleh MEIMEI833

  • 21 Februari 2020

    Jika memang dia sdh didiagnosa dan bisa dicoba disembuhkan, aku akan tetap mempertahankan hubungan itu. tentu, ini dng catatan si pria masih bisa mencari nafkah (soalnya jika kelainannya ini sampai membuatnya engga bisa kerja, nanti gmn kami mau menikah?)

    Jadi, jika mungkin ya dampingi saja dia berobat atau psikoterapi dan pantau apakah ada hasilnya. Lakukan apa yg disarankan psikolog/psikiater. Semoga pengobatannya berhasil.

    Maaf, aku sndri jika mengidap gangguan mental lbh suka utk engga menceritakannya pd pasangan sampai kapanpun krn prinsipku yg penting di dlm suatu hub itu aku engga berselingkuh atau memanfaatkan uang/harta pasangan. Aku akan berusaha mencari bantuan psikolog/psikiater agar bisa membaik, tanpa hrs diketahui pasanganku. Aku engga mau ditinggalkan pasanganku krn kelainan mental. Sedang org yg selingkuh aja (selingkuh itu lbh hina drpd kelainan mental) kadang masih dimaafkan dan diterima kembali oleh pasangannya.

    21 Februari 2020 diubah oleh ANITA089

  • 21 Februari 2020

    Menurut saya gangguan kejiwaan seperti : OCD, bipolar,borderline itu berproses dalam arti makin dewasa usia seseorang , menurut pendapat psikiater juga , akan sembuh sendiri, tentunya didukung lingkungan yang gak bikin stress. Dalam arti, tdk banyak masalah hidup, lebih dekat dengan Tuhan dan secara finansial tidak kekurangan,pokoknya semua keinginan sedapat mungkin terpenuhi dan ini gak menghalangi seseorang buat mencari nafkah, jadi no problem sejauh bukan sakit jiwa yang kronis dan fatal.

  • ECHA124

    21 Februari 2020

    Saya punya teman cew yg sedang peoses pemulihan .. Diminum obat dari dokter spesialis kejiwaan ato istilah nya pskiater.. Lupa saya sakitnya apa gt namanya.. Usia masih muda 28 thn.. Dia sering berhalusinasi sama orang lain dikiranya mau membunuhnyaa terus karena dendam.. Ortu nya pun disangka mau bunuh dia juga.. Bbrp kali dia cerita ke saya sepertinya dia ini tertekan di keluarganya.. Trauma karena ayahnya selalu main fisik ke dia dr kecil..

  • DILLION433

    21 Februari 2020

    Sy sdh googling ttg OCD, bipolar, anxiety dan borderline , dan mrk ini bukan tergolong penyakit mental /gangguan psikologi yang parah , jadi pasien/org yg mengidap penyakit ini masih bisa beraktifitas dengan normal , hanya saja memang harus ikuti terapinya dan lebih menjaga ketenangan pikiran/ kurangi yg byk pikiran , mungkin tidak bisa bekerja dalam tekanan , dan selalu ada persiapan untuk kondisi gejalanya timbul.

    Saya membaca dari jurnal kedokteran , dan ini bukan pendapat saya guys . Bahwa Sebenarnya banyak tingkatan gangguan psikologi yang masyarakat blm sadari dan perlu penanganan Psikolog , dan masyarakat sering mengganggap ini hal biasa , misalnya sepert :

    - Sifat Tempramen Tinggi .

    Sifat tempramen ini 2  tingkatan , ada yg tergolong masih TEMPERAMEN RENDAH dan ada TEMPERAMEN TINGGI  yg sdh tdk terkontrol yg ini butuh bantuan terapi psikologis.

    Org dengan temperamen yg tinggi , kerap kali menyebabkan org terdekat sakit fisik / bahkan cacat fisik , hanya karena kemarahan yg berlebihan sesaat , dan selalu  menyakiti fisik . Apalagi jaman sekarang saya lihat diberita2 setiap penyerangan fisik bisa berakibat laporan Polisi , makanya bijak rasanya jika org yang punya sifat temprament yang Tinggi / sdh tdk terkontrol lagi cari cara mengurangi atau menghilangkan nya , secara kerohanian atau terapi Psikologis.

    - Rasa Trauma yang berlebihan

    Orang yang mengidap rasa trauma yg tidak bisa dia lupakan , sehingga mempengaruhi dia dalam segala aspek kehidupan , sungguh prihatin dan kasihan akibat perbuatan orang lain yg tdk bertanggung jwb , ybs harus menerima trauma yang berat . Orang ini akan hidup dan berkatifitas biasa ,tapi ada 2 perasaan yg hilang darinya , yaitu dia sulit sekali untuk bisa merasa bahagia dan merasakan kedamaian , hidupnya selalu mengingat rasa Sakit dan rasa sedih , dan menutup hatinya untuk menerima hubungan baru (baik hub pertemanan / hub asmara).

    Efek dari penyakit ini adalah mudah sekali membenci , mendendam kepada org bahkan untuk kesalahan2 kecil sekalipun , dia akan cenderung menyakiti diri sendiri , menyayat tangan dengan silet , meminum obat tidur berlebihan , konsumsi narkoba  semua hanya untuk menghilangkan rasa traumanya tsb., bahkan banyak di negara2 maju orang dengan trauma yg berlebihan ini , berakhir dengan bunuh diri.Pengobatan nya dengan terapi yg kontiniu , ada bbrp kasus trauma tdk bisa di hilangkan tetapi ybs sudah bisa atasi dengan baik , dan ada bbrp kasus yg trauma nya hilang sama sekali sembuh total , Jadi hanya perlu ikuti terapi psikolog profesional dan dari pendeta/pastur (bukan optional , tp kedua2nya harus dilakukan)

    Jadi org dengan OCD, bipolar, anxiety dan borderline masih tergolong lebih "ramah" terhadap pasangan , dan Jika sy sdh jatuh hati , maka saya sama sekali tidak keberatan jika memiliki pasang yg demikian.

    21 Februari 2020 diubah oleh DILLION433

  • 21 Februari 2020

    (1). Kalau sebelum menikah ketahuan, saya memilih mundur, mau mencari lagi entahlah, jodoh tidak bisa dicari juga khan.. kalau sudah menikah ya tidak bisa, suka duka, sakit atau sehat ya harus dijalani bersama Krn sudah menikah sampai maut memisahkan

    (2). Sedari awal saya harus jujur dari pada setelah menikah baru saya menyampaikan. Mana tahu dia tidak bisa terima dan dia memilih pisah, malah lebih berat nantinya(kalau baru tahu setelah nikah). Lebih baik dari awal (sebelum mulai pacaran) saya bersiap, takutnya nanti perasaan sayang saya sudah jadi setinggi gunung dan  jadi sulit saya atasi (kalau dia memilih mundur/cerai)

    MEIMEI833 tulis:

    Kalau kalian dihadapkan dgn pasangan spt ini apakah kalian akan maju terus atau lebih baik mundur perlahan dan cari yg ga ada gangguan mental?

    kalau memangnya misalnya kalian sbg individu yg mengalami gangguan mental ( dan terkontrol ya) kapan waktu yg tepat utk menjelaskan ke pasangan?

    declare di awal atau setelah udah serius jalan sekian lama.

    thanks alot. gbu.

    21 Februari 2020 diubah oleh KATHARINA781

  • 21 Februari 2020

    jawaban jujur...

    kalo belum pacaran dia memiliki gangguan mental maka saya akan jawab enggak.

    tapi jika setelah pacaran dia mengalami gangguan mental saya akan berpikir, dan ketika sudah menjadi keluarga dia mengalami gangguan mental maka iyu rejeki saya untuk mendampinginya, bertahan dan semoga bisa sabar n setia mendampinginya.

  • ORZEN485

    21 Februari 2020

    Jawaban yang tepat dan jujur

    FIKA380 tulis:

    jawaban jujur...

    kalo belum pacaran dia memiliki gangguan mental maka saya akan jawab enggak.

    tapi jika setelah pacaran dia mengalami gangguan mental saya akan berpikir, dan ketika sudah menjadi keluarga dia mengalami gangguan mental maka iyu rejeki saya untuk mendampinginya, bertahan dan semoga bisa sabar n setia mendampinginya.

  • EVA842

    22 Februari 2020

    Pernah punya pacar OCD ama bipolar. Aku dukung ampe kita jalan 3 tahun, emang belom niat nikah ya cuz masih sibuk karir n senang2. Jujur capek bgt, memahami itu nguras energi n emosi luar biasa. Jangan deh klo masih bisa mundur.  Apalagi status jadi org dekat aka pasangan itu lebih berisiko diperlakukan kurang respect pas dia kambuhan, dibanding perlakuan dia ke org lain (aku gak jelekin mantanku ya, malah kami jd sahabat kok), tapi biasa itu krn dianggap lebih dekat jadi diminta lebih memahami, ya tinggal kuat-kuatnya kita aja lah.

    Ya penting untuk kasih tau calon apa saja kelemahan kita. Calon berhak memilih akan tetap lanjut ama kita atau enggak, kan kita cari bahagia sama-sama, bukan cari kesempatan memanfaatkan ketidaktahuan org buat bikin kita merasa senang sendiri.

  • WINNIE059

    22 Februari 2020

    Cinta dia atau tidak sis?

  • RHASEL051

    22 Februari 2020

    Kalau Yakin Yesus hadir dalam kehidupan kalian u/bersama. Teruskanlah, karena rencananya Tuhan sangat berbeda seperti rencana manusia. Ingat manusia hidup bukan tanpa tujuan loch.

    Jodoh itu bukan berarti sama. Tapi yg kekurangan dikuatkan & jadikan itu misi Kristus.

    Sukar memang, sedih bgt jalaninnya. Tapi dekatkan lagi ke Tuhan Yesus pribadimu u/memberanikan diri jalaninnya.

    Tanpa jujur jg bisa membaca, melihat & akhirnya waktu yang membuat mereka bicara terbuka.

    Rencana Tuhan tidak bisa kita tebak, misi/Tugas dari Tuhan harus dijalani. Support, layani mereka dengan penuh kasih. Jgn menyerah karena Tuhan memberi tugas penting untukmu.

    GBU All

    22 Februari 2020 diubah oleh RHASEL051

  • LENA327

    25 Februari 2020

    MEIMEI833 tulis:

    gengs... pengen nanya nih. mohon maaf kayanya belum ada thread yg membahas ini.

    Gw agak ragu si awalnya bahas ini,soalnya masalah kesehatan jiwa masih dianggap hal yg tabu utk dibicarakan.

    ..

    declare di awal atau setelah udah serius jalan sekian lama.

    thanks alot. gbu.

    Cukup 1 kata : enggak

    25 Februari 2020 diubah oleh JODOHKRISTEN

1 – 12 dari 12Kirim tanggapan