Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

untuk apa sih menikah?

ForumPersahabatan dan hubungan

76 – 100 dari 301    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 3  4  5 ... 13  Selanjutnya Topik ditutup

  • BORUMADUM905

    29 April 2016

    kerreennn

    LISTON872 tulis:

    Menikah itu untuk melengkapi, agar ada yang jadi penolong yang sepadan dengannya.

    TUHAN (YHWH) Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

  • AGUS218

    29 April 2016

    yacchh untuk meraih kebahagiaan + keturunan + juga keluarga yg bru...SiMpLee koq

    ARFIAN017 tulis:

    maaf ya kaLo topiknya agak kasar, dan tuLisan saya kasar tapi ini reaLita yang ada dalam pikiran saya, dan topik tersebut saya dapatkan dari teman ayah saya yg iseng2 menanyakan haL tersebut. seteLah pertanya'an diLontarkan seperti ini obroLan nya. A = aku , P = pakdhe

    P : ian, pakdhe mau tanya, untuk apa sih menikah?

    A : biar punya anak

    P : punya anak gk harus menikah bisa, bisa adopsi dLL

    A : mmm , ntar tua ada yg nemenin

    P : tuh temen, tetangga, sodara, adek, bisa jadi temen.

    A : mmm kebutuhan bioLogis juga

    P : gk harus menikah juga bisa kaLo gituan

    A : biar bahagia hidupnya kaLo menikah

    P : berarti kaLo gk menikah kamu gk bahagia, kan ada sodara teman ortu yg bisa bahagia'in kamu, bnyak haL menyenangkan di dunia ini

    A : duh gk tahu pakdhe, apa ya?

    P : ya udah itu buat PR

    heLp me ya teman2..

    kasih tahu untuk apa menikah itu..

  • KHRISNA943

    29 April 2016

    Apaaan yaaa, mungkin karena mama udah gk minta pulsa lagi, sekarang mama minta mantu terus mama minta cucu,hahaha

  • AGUS218

    29 April 2016

    Syalom member JK, (From : Winnie059)

    Apa alasan kamu menikah? Dan apa tujuan kamu menikah.

    Silakan Corat coret di sini ya

    Gbu.

    cuccookkk x berdua sma winnie059

    ARFIAN017 tulis:

    maaf ya kaLo topiknya agak kasar, dan tuLisan saya kasar tapi ini reaLita yang ada dalam pikiran saya, dan topik tersebut saya dapatkan dari teman ayah saya yg iseng2 menanyakan haL tersebut. seteLah pertanya'an diLontarkan seperti ini obroLan nya. A = aku , P = pakdhe

    P : ian, pakdhe mau tanya, untuk apa sih menikah?

    A : biar punya anak

    P : punya anak gk harus menikah bisa, bisa adopsi dLL

    A : mmm , ntar tua ada yg nemenin

    P : tuh temen, tetangga, sodara, adek, bisa jadi temen.

    A : mmm kebutuhan bioLogis juga

    P : gk harus menikah juga bisa kaLo gituan

    A : biar bahagia hidupnya kaLo menikah

    P : berarti kaLo gk menikah kamu gk bahagia, kan ada sodara teman ortu yg bisa bahagia'in kamu, bnyak haL menyenangkan di dunia ini

    A : duh gk tahu pakdhe, apa ya?

    P : ya udah itu buat PR

    heLp me ya teman2..

    kasih tahu untuk apa menikah itu..

  • GAMBA501

    30 April 2016

    Sebelum menikah harus ditanyakan dulu kepada calon pasangan: bersediakah hidup dalam keadaan suka maupun duka? Karena mayoritas wanita hanya mau bersedia hidup dengan pasangan dalam keadaan suka sedangkan yang namanya hidup itu bagaikan roda yang terus berputar kadang duka kadang suka

  • YUDI139

    1 Mei 2016

    Orang menikah untuk kebahagiaan hidup, partnership, tempat sharing, diskusi, sex life dan security.

    Kalau ingin punya anak dijadikan alasan menikah, ya kasihan anaknya dan kasihan esensi pernikahan itu. Procreation is not a marriage.

    1 Mei 2016 diubah oleh YUDI139

  • STRALDIN447

    1 Mei 2016

    Nemu tulisan bagus mengenai pernikahan dari link FB. Penulis asli ada di link ya. Just wanna share, maaf kalo panjang, style-nya bang yossie nih ;-)

    www.linkedin.com/pulse/dua-ora ... k-berakhir-reza

    Dua orang baik tapi mengapa Perkawinan tidak berakhir bahagia?

    Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik....., pagi hari ayah hanya bisa makan bubur.

    Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi....., dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

    Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci. Setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikitpun.

    Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi rumah orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

    Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, Ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, saya tidak pernah memahaminya.

    Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istirahat anak-anak....., Ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.

    Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.

    Hanya saja, di mata ibuku, Ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.

    Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.

    Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"

    PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR

    Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.

    Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.

    Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.

    Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia..... Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata, "Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"

    Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.

    YANG KAMU INGINKAN?

    Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya..... Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya.

    Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, ibu jarang menemani ayah, ibu sibuk mengurus rumah, Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

    Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia."

    KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN (PILIHAN) YANG SAMA

    Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

    Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"

    "Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!", ujar suamiku.

    Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu.... dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.

    "Semua itu tidak penting-lah!", ujar suamiku.

    "Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

    Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.

    JALAN KEBAHAGIAAN

    Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.

    Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

    Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

    Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.

    Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.

    Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.

    Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

    Bertanya pada pasangan kita, "Apa yang kau inginkan?", kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.

    Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.

    Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun....., pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

    Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri.....

    Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.....

    1 Mei 2016 diubah oleh STRALDIN447

  • YUDI139

    1 Mei 2016

    Benar tulisan straldin447 namanya pasangan itu kalau senang ya cocok semua, no ego. Romansa, nyaman jadi diri sendiri, ini saya ada cerita. Teman sma, anak orang kaya, kuliah hamili anak gadis, kawin. Tidak bahagia, akhirnya cerai. Waktu berlalu.

    Dapat pasangan lagi, pacar baru, unik ini cewek baik2, tapi mau ikut tatoan, tidak posesif, bahkan bisa membaur dengan teman2 klub harley temanku, dia tidak terkesan murahan, semua respek, bahkan temanku bisa enjoy drinking together with friends and wife, marvelous. Bahkan dugem rame2, intinya dia bisa dan mau mengerti "warna" si suami, dan suaminya tidak pernah selingkuh, benar2 soulmate yang unik.

    Mereka bahagia, menikah, dan sekarang menunggu anak hasil perkawinan mereka. Seorang pemilik klub fitness ternama di kota m**** luar biasa bukan. Itu namanya hidup pernikahan yang bahagia. Mungkin bagi oramg kristen taat mereka ini rusak, tapi tidak jika kita mau mikir sudut pandang lain, mereka itu open minded, living in western lifestyle, toh nyata biar minum, dugem, klub harley mereka tidak merugikan orang. Paling yah waktu konvoi saja, no problem.

    1 Mei 2016 diubah oleh YUDI139

  • AMY208

    1 Mei 2016

    Buat aq karena tidak baik jika manusia itu sendiri saja. Pas Tuhan melihat Adam sendiri diantara keramaian. Tuhan tau manusia butuh yg sepadan buat dy spy tidak sendiri. Demikian jg bt sy ;-) Amin

    ARFIAN017 tulis:

    ....

    heLp me ya teman2..

    kasih tahu untuk apa menikah itu..

    11 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • QUEN797

    1 Mei 2016

    Cerita yg bagus, kerenn.

    Karena nikah untuk kebahagiaan kau dan aku :)

    STRALDIN447 tulis:

    Nemu tulisan bagus mengenai pernikahan dari link FB. Penulis asli ada di link ya. Just wanna share, maaf kalo panjang, style-nya bang yossie nih ;-)

    www.linkedin.com/pulse/dua-ora ... k-berakhir-reza

    .....

    Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.....

    1 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • SUSAN045

    3 Mei 2016

    YUDI139 tulis:

    Orang menikah untuk kebahagiaan hidup, partnership, tempat sharing, diskusi, sex life dan security.

    Kalau ingin punya anak dijadikan alasan menikah, ya kasihan anaknya dan kasihan esensi pernikahan itu. Procreation is not a marriage.

    Bukankah juga untuk mrlanjutkan keturunan,jika punya anak?

  • YUDI139

    4 Mei 2016

    SUSAN045 tulis:

    Bukankah juga untuk mrlanjutkan keturunan,jika punya anak?

    Punya anak itu pilihan hidup, coba anda pikirkan, anda berapa saudara? Misal 3. Kenapa 3? Apa papa dan mama sudah berhenti kehidupan sexnya ketika anak ke 3 lahir? Tidak kan? Mereka pake kontrasepsi untuk memcegah kehamilan.

    Jadi kalau anak itu sekali lagi adalah pilihan hidup.

  • ZEGA376

    4 Mei 2016

    Semua jawaban benar: melanjutkan keturunan benar, mendapatkan keturunan benar, mencari kebahgiaan di dunia benar, semua kembali kepada tujuan masing-masing individu.

    SUSAN045 tulis:

    Bukankah juga untuk mrlanjutkan keturunan,jika punya anak?

    YUDI139 tulis:

    Punya anak itu pilihan hidup, coba anda pikirkan, anda berapa saudara? Misal 3. Kenapa 3? Apa papa dan mama sudah berhenti kehidupan sexnya ketika anak ke 3 lahir? Tidak kan? Mereka pake kontrasepsi untuk memcegah kehamilan.

    Jadi kalau anak itu sekali lagi adalah pilihan hidup.

    Menikah untuk melanjutkan keturunan jika punya anak benar,

    anak pilihan hidup benar.

    Tapi ada juga yang namanya anugerah. Ada yang berusa keras mempunyai anak dengan berbagai macam usaha akan tetapi belum membuahkan hasil,

    ada yang tidak bermaksud (bahkan cenderung mencegah dengan memakai kontrasepsi dll) tetapi dipercayakan...

    4 Mei 2016 diubah oleh ZEGA376

  • MEY072

    4 Mei 2016

    Bagus ini quotenya bro straldin

    TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.

  • YUDI139

    4 Mei 2016

    ZEGA376 tulis:

    Semua jawaban benar: melanjutkan keturunan benar, mendapatkan keturunan benar, mencari kebahgiaan di dunia benar, semua kembali kepada tujuan masing-masing individu.

    Menikah untuk melanjutkan keturunan jika punya anak benar,

    anak pilihan hidup benar.

    Tapi ada juga yang namanya anugerah. Ada yang berusa keras mempunyai anak dengan berbagai macam usaha akan tetapi belum membuahkan hasil,

    ada yang tidak bermaksud (bahkan cenderung mencegah dengan memakai kontrasepsi dll) tetapi dipercayakan...

    Betul, tergantung yang akan menjalani pernikahan itu, apa visinya. Ya itulah yang akan terjadi.
    Kalau untuk keturunan, saya kok kasihan ya pihak wanita. Ternyata ga bisa beri anak, lalu ditinggal buat anak sama wanita lain setelah diceraikan.

    Saya jadi tergelitik cerita tentang seorang engkoh botak anak 4 cewek semua. Dia chinese tulen, makan pake sumpit, hari tertentu lepas burung, hitung bulan lepas penyu, cermin atas ruko, mau buat anak lihat diagram laki perempuan ciamik wis pokok e, harus punya anak laki untuk meneruskan nama marganya. (Ya sudah silahkan kan pandangan hidupnya ya).

    Menikah, pesta besar, wuh langsung ngebut, anak 1 keluar, anak 2 keluar, anak 3 kembar keluar, istri melek merem, kehidupan finansial? Juga melek merem dong, ditambah si istri rahim diangkat karena kista, wuih klop dah.

    Ya iyalah 1 usaha dimakan si engkoh, istrinya, anak 4. Istrinya ga kerja? Ya ga boleh kerja dong, tipe chinese tulen, istri kerja cari duit, mau ditaruh di mana muka suami? Hehehe.
    Lalu stop di sana? Tidak. Si engkoh berulah kawin lagi sama pegawainya, istrinya? dicerai, keluar anak 1 laki. Gile bro gw ngakak banget ini, akhirnya nama marga bisa diturunkan juga sekalipun Ibunya ga jelas. Boleh juga si engkoh. Hehehe.

    Ini namanya menikah untuk buat keturunan. Bener yang model gini?

    Kesannya kaya menikahkan doggy di rumah, karena berharap keturunan doggy yang bagus.

    4 Mei 2016 diubah oleh YUDI139

  • JEPRI810

    4 Mei 2016

    apa smua yg menikah itu udah pasti bahagia? apa smua yg menikah itu udah pasti punya keturunan?....simple drmn nya bro agus...??  #gus...guss..!!!

    AGUS218 tulis:

    yacchh untuk meraih kebahagiaan + keturunan + juga keluarga yg bru...SiMpLee koq

    11 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • YUDI139

    6 Mei 2016

    SUSAN045 tulis:

    Bukankah juga untuk mrlanjutkan keturunan,jika punya anak?

    Halo susan,

    Jika "ingin" punya anak. Anak bukanlah esensi dari pernikahan atau buah cinta, anak adalah pilihan sis.

  • KIAMAT759

    11 Mei 2016

    YUDI139 tulis:

    Ini namanya menikah untuk buat keturunan. Bener yang model gini?

    Kesannya kaya menikahkan doggy di rumah, karena berharap keturunan doggy yang bagus.

    Stupid culture happens..

  • KIAMAT759

    11 Mei 2016

    Untuk bahagia.. Kalau anda merasa lebih bahagia kalau menikah, ya menikahlah.. jika tidak maka jangan..

    Jika Anda lebih berbahagia mempunyai anak, maka punyailah anak..

  • RUMASINGAP599

    12 Mei 2016

    Yang jelas menikah itu tujuannya cuma 1, yaitu memperlengkapi/ melengkapi hidup...ini yg gembala sy prnh blg, di luar dr itu pun sy yakin argumentasinya msh bs dibantah...cm menuju ke pernikahan itu yg perlu diketahui. Gembala sy blg lbh baik tdk menikah drpd salah pilih pasangan, krn klo slh pilih katanya sm dgn menghadirkan neraka di dunia...selain itu beliau jg mengatakan akan bikin qt jauh dr Tuhan...

  • YUDI139

    14 Mei 2016

    ARFIAN017 tulis:

    kaLo di agama kristen, menikah itu, cewek cowok saLing suka, trus ke gereja dan minta berkat pak pendeta. trus beranak pinak. soaLnya kaLo gk gitu bisa dicibir orang Lain. duLu pas jaman tidak ada agama, menikah itu tidak ada, jadi misaL kaLo suka dengan seseorang, gk usah taya, kamu agamanya apa. gitu.. jadi orientasi menikah disini tu hanya untuk mempuyai keturunan. kaLo saya sih misaL mencintai cewek beda agama, dan dia juga mencintai saya, maka ya saya akan mencintai dia meski ada jurang agama. maaf saya kristen tapi tidak fanatik kristen, saya percaya semua agama itu baik, agama menurut saya hanya sebatas cara kita beribadah, tapi TUHAN nya sama, hanya sebutanya macam2, tapi TUHAN itu satu. CINTA itu adaLah tidak takut tapi tidak takutnya tetep dengan akaL sehat dan perhitungan agar tetap bertahan. gitu bro..

    Sangat menarik sekali. Saya jadi ingin tanya jika anda seorang wanita dan

    ada seorang perjaka tua usia 60 tahun, dan dia ingin menikahi anda untuk melanjutkan keturunannya. Secepatnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

    Apa yang akan anda lakukan?

    Menikahi dan berketurunan? Kita gunakan akal sehat. 5 tahun menikah (max 10 tahun lah) ambil rata2 umur manusia. Lakinya modiar, anda momongan banyak. Anak butuh makan, anda harus kerja.

    Hidup anda tidak berbeda dengan sapi, bangun tidur kerja, tidur lagi, kerja, peras ASI kalau anak masih balita, kalau sudah non balita ya beli susu, dll.

    Sebelum ngomong pernikahan untuk berketurunan, coba dibaca dan didengarkan ketika ada orang pemberkatan pernikahan. Anak tidak dibahas di sana. Silahkan dibaca :

    (1). Bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan. Dan firmanNya: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (Coba renungkan kenapa saya buat topik dan berpegang teguh dengan paham childfree). Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
    (2). Bahwa pernikahan Kristen adalah pernikahan monogami yang sekaligus merupakan lambang hubungan antara Kristus dan jemaatNya.
    (3). Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri.
    (4). Pegang teguh janji nikah saudara berdua di hadapan Kristus, supaya pernikahan saudara abadi, sebab janji tersebut merupakan dasar untuk menghadapi berbagai perubahan kemerosotan nilai-nilai moral dan kegoncangan finansial moneter. Ditengah badai kehidupan, perbedaan pendapat dan benturan-benturan. Tetaplah setia untuk bersama mencari jalan keluar dan tabah mengarungi samudra kehidupan yang ganas ini. Pernikahan memberikan wewenang atas kebahagiaan dan kesejahteraan berkeluarga, yang perlu dibina, dipelihara, supaya bertumbuh dan berbuah. Sebagai imbangan dimana ada wewenang disitu ada tanggung jawab.

    Ini pertanyaan dengan akal sehat, silahkan anda renungkan jawabannya.

    14 Mei 2016 diubah oleh YUDI139

  • 14 Mei 2016

    Hendaklah mengerti

    Mat 19:12

  • 14 Mei 2016

    LISNARINAA355 tulis:

    Hendaklah mengerti

    Mat 19:12

    Beranak cuculah

    Kej 9 : 7

  • 14 Mei 2016

    LISNARINAA355 tulis:

    Beranak cuculah

    Kej 9 : 7

    Kesiasiaan hidup seorang diri

    Pengkotbah 4:8

    Berdua lebih baik dari pada seorang diri

    Peng 4:9 dst

  • PETRUS395

    17 Mei 2016

    aku pikir tujuan menikah, untuk belajar hidup, belajar lebih bertanggung jawab, belajar lebih mengimplementasikan bgm mengasihi yg sebenarnya, belajar mendidik, belajar mengetahui solusi permasalahan hidup...

76 – 100 dari 301    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 3  4  5 ... 13  Selanjutnya Topik ditutup