jika wanita tercipta dari tulang rusuk, pantaskah dia mjd tulang

BORUMADUM905 tulis:

kl PRIA cmn tenang2 aja.... Maaf Maaf AZALAHHH...wkwkwkw

Sependapat...

:) iya

BORUMADUM905 tulis:

buat sy utk beres2 rumah bukan hny kerjaan perempuan... ya si cowo juga prlu sadar tingkat tinggi donk kl rumah berantakn jika istri bekerja.... pekerjaan rumah ya pekerjaan bersama sama kan ada porsinya... ya toh...kan byk juga cowo bisa masak malah lebih enak sptnya

Hehehe ini jawaban yg sy tunggu..

Hidup berumah tangga itu komplit permasalahan, kerja sama untuk bersama ini yg penting, bukan kewajiban n hak, percayalah klu ada kerjasama untuk bersama, tdk akan mungkin pria hnya akan diam n memanfaatkan wanita, ttp klu keharusan semua akn berantakan..

Dn ingatlah jgn menuntut apa yg harus sy terima, tp berfikirlah apa yg akn sy berikan..

Kekawatiran2 itu hnya akn membebani perjalanan kedepan.

Salam

wanita ada untuk menjadi penolong yang sepadan.

bila memang dibutuhkan menjadi tulang punggung dikarenakan suami tidak bisa menafkahi,misal karena sakit keras,itu sudah konsekuensi.Di dalam janji pernikahan sudah mengatakan akan selalu bersama dalam suka dan duka. uwooo di situ lah seorang wanita diuji.

Ya tapi kalau suami sudah bisa menafkahi secara materi,perlu dipertimbangkan pihak wanita bekerja/tidak. Karena pasti bila tetap ngotot,harus ada yang dikorbankan. Entah itu kita melewati masa tumbuh kembang anak, atau kita melewatkan masa2 emas mengejar karir

Jadi ibu rumah tangga ataupun wanita karir menurut saya keduanya sama2 luar biasa.

Bisa mengerjakan dua-duanya,sungguh sangat luar biasa keren bagi saya!Karena tingkat stress dan capeknya double pasti

Kalo soal urusan rumah tangga,bagi2 tugas, kalo udah ga bisa handle pekerjakan ART.

Have a nice day all.

Yup ,,,,sama sama melakukan yg terbaik... kl mau bangunan rumah ini baik ya mesti ada koordinasi yg baik... gak harus kamu ini kamu itu...perlu kesadaran diri... gimana caranya ya dg kerjasama

GOLYATSB430 tulis:

Hehehe ini jawaban yg sy tunggu..

Hidup berumah tangga itu komplit permasalahan, kerja sama untuk bersama ini yg penting, bukan kewajiban n hak, percayalah klu ada kerjasama untuk bersama, tdk akan mungkin pria hnya akan diam n memanfaatkan wanita, ttp klu keharusan semua akn berantakan..

Dn ingatlah jgn menuntut apa yg harus sy terima, tp berfikirlah apa yg akn sy berikan..

Kekawatiran2 itu hnya akn membebani perjalanan kedepan.

Salam

GOLYATSB430 tulis:

Apa ya kira2 pendapat para wanita yg masih pengin bekerja klu sdh menikah, kira2 mampu ga dia menjadi wanita super, bekerja mengurus suami, anak2, menyelesaikan seleruh pekerjaan rumah,

...

Rubahlah pola pikir kita.. kerja sama yg baik dan saling ini yg hrs ditanamkan, bukan itu tugasmu n ini tugasku, ini kewajibanmu dn ini kewajibanku, akirnya akan saling menuntut haknya masing2.. dijamin kehidupan keluarga itu sprt bisnis untung rugi..

Salam

@Golyat: shalom, Gol. terimakasih buat masukannya, dan sudah kubaca berkali2 namun maaf saya masih engga ngerti. Jadi kesimpulannya kamu inginnya jika terpaksa istri sebaiknya ikut kerja buat kehidupan bersama, atau jika suami sdh mapan istri sebaiknya engga kerja?

idealnya sih laki2 yg jadi tulang punggung,, mungkin pada saat situasi dan kondisi tertentu (darurat) wanita bisa menjadi tulang punggung,, asal jangan jadiin wanita jadi tulang kering ajah, soalnya sakit banget tuh kalo tulang kering sampai kebentur...

BORUMADUM905 tulis:

buat sy pribadi perempuan perlu bekerja hny sbg pelengkap jdi gak vakuum banget di suatu hari.... krn misal ada apa2 masih ada yg menambahkan bukan berarti perempuan mjdi inti mencari nafkah,,, inti tulang punggung tetaplah PRIA,,,

Yups agreed with this one.

Tapi klu 2 2 nya kerja masing2 hrs tetap pada kodratnya dunk. Di treat yg lain sy pernah bilang all about balance, bisa sewa PRT, tapi klu ada anak mutlak perempuan hrs urus anaknya jd ibu rumahtangga atau laki2 jd bpk rumah tangga. Intinya hrs d bicarakan krn first 5 years anak perlu perhatian lebih dr ortunya.....

OKTA018 tulis:

Tapi klu 2 2 nya kerja masing2 hrs tetap pada kodratnya dunk. Di treat yg lain sy pernah bilang all about balance, bisa sewa PRT, tapi klu ada anak mutlak perempuan hrs urus anaknya jd ibu rumahtangga atau laki2 jd bpk rumah tangga. Intinya hrs d bicarakan krn first 5 years anak perlu perhatian lebih dr ortunya.....

@okta,

Asal bpk rumah tangganya tahan mental menghadapi guncingan tetangga dan keluarga saat menyandang predikat bapak rumah tangga..krn itu ujian terberat..:)

OKTA018 tulis:

Tapi klu 2 2 nya kerja masing2 hrs tetap pada kodratnya dunk. Di treat yg lain sy pernah bilang all about balance, bisa sewa PRT, tapi klu ada anak mutlak perempuan hrs urus anaknya jd ibu rumahtangga atau laki2 jd bpk rumah tangga. Intinya hrs d bicarakan krn first 5 years anak perlu perhatian lebih dr ortunya.....

@okta,

Asal bpk rumah tangganya tahan mental menghadapi guncingan tetangga dan keluarga saat menyandang predikat bapak rumah tangga..krn itu ujian terberat..:)

ANITA089 tulis:

@Golyat: shalom, Gol. terimakasih buat masukannya, dan sudah kubaca berkali2 namun maaf saya masih engga ngerti. Jadi kesimpulannya kamu inginnya jika terpaksa istri sebaiknya ikut kerja buat kehidupan bersama, atau jika suami sdh mapan istri sebaiknya engga kerja?

Syaloom sis anita..

Kerja atau tdk kerja itu hanya kesepakatan berdua.. sist,  semua pilihan ada resikonya, sy menekankan kerja sama yg baik,  pembahasan ini hanya berlaku klu kita kerja diluaran atau sbg buruh, ttp klu membangun sebuah usaha akn berbeda lg, mknya sy menekankan pada kerja sama utk kepentingan bersama. Seandainya pekerjaan itu adalah bedagang, membuka sebuah toko n tinggal jg ditoko tersebut.. apa masih berlaku, suami yg ngurusi toko.. silahkan sist anita lihat dikehidupan nyata..

Suami istri kerja bersama2 saling bahu membahu. Adalagi yg berkebun.. mrk jg saling bahu membahu,

Klu kita hnya terfokus pd kewajiban n hak.. ini sprt bisnis, aku selesaikan kewajibanku dn skrg kmdian menuntut hak

Semua yg dibicarakan diatas hnya seputar kerja buruh, yg terikat pd waktu n aturan.. mknya pemikiranya hanya sebatas itu. Tdk semua manusia to kehidupanya dr kerja buruh terikat waktu.

Ada bnyk hal yg msh misteri didepan kita..

Salam

NINGSIH531 tulis:

@okta,

Asal bpk rumah tangganya tahan mental menghadapi guncingan tetangga dan keluarga saat menyandang predikat bapak rumah tangga..krn itu ujian terberat..:)

Semua keputusan itu khan ada konsekuensinya.

Kalo sdh keputusan ber 2 so hrs d hadapi.....

Segala hal khan ada konsekuensinya. Masa berani ambil keputusan gk brani naggung akibatnya, tp klu sy, apapun akan sy lakukan untuk kluarga (kalo d kasih sama Tuhan). Jd bpk rumah tangga kyak tmen kuw bener d rumah tp main valas, income puluhan jt sebulan dr pihak cowo, si istri pilih kerja d kantor yg income gk seberapa karna memang gk bs terkekang, so. Karna itu keputusan mereka gk ada tuch yg brani ngomongin mereka.

Karna si cowo punya income walau jd bpk RT, si istri krj karna maunya sendiri. Toh merrka adem ayem aja sampe ada anak 3

Ini pendapat seorang sahabat saya ketika berdiskusi dgnnya

"Perempuan harus bekerja supaya bs punya knowledge yg setara dgn suaminya, knowledge maintains communication. Perempuan bekerja akan punya banyk stuff to do, Dia akan pintar dan memahami perkembangan dunia. Manusia harus tetap berfikir untuk berkembng.

Sebagai laki2, itu tnggung jawab saya utk menghidupi istri & anak. Dia (istri) boleh pake uang dia untuk apapun dan itu bukan sama sekali urusan saya. Tapi brp yg dia minta (kebutuhan rumah tangga) Itu jd urusan saya. Saya cuma minta dia bekerja utk knowledge."

Smga bermanfaat.

super

UTO756 tulis:

Ini pendapat seorang sahabat saya ketika berdiskusi dgnnya

"Perempuan harus bekerja supaya bs punya knowledge yg setara dgn suaminya, knowledge maintains communication. Perempuan bekerja akan punya banyk stuff to do, Dia akan pintar dan memahami perkembangan dunia. Manusia harus tetap berfikir untuk berkembng.

Sebagai laki2, itu tnggung jawab saya utk menghidupi istri & anak. Dia (istri) boleh pake uang dia untuk apapun dan itu bukan sama sekali urusan saya. Tapi brp yg dia minta (kebutuhan rumah tangga) Itu jd urusan saya. Saya cuma minta dia bekerja utk knowledge."

Smga bermanfaat.

DENI824 tulis:

Hehehe.. sering melihat dan membaca itu di medsos..

Sebenarnya kata tulang rusuk dan tulang punggung disitu berbeda artinya ya.. Kalau perempuan diciptakan TUHAN dari salah satu tulang rusuk laki-laki, itu memang dalam arti yg sebenarnya dan memang tertulis di Alkitab.Sementara tulang punggung disini adalah yg bermakna kiasan yg artinya " yg bekerja/berusaha mencari nafkah untuk menafkahi keluarga"..

Kalaupun seseorang, yg dlm hal ini perempuan/istri menjadi "tulang punggung" krn bbrp hal yg sangat tdk terduga (sakit penyakit, kecelakaan, suami di PHK, suami blm dpt kerja, suami menjadi tahanan politik atau menjadi tahanan salah tangkap)  atau sampai karena hal yg paling ekstrim, suami "males cari kerja (jgn sampai ya), ya hrs dinikmati disyukuri aja sambil didoakan. Intinya, kalau dilakukan atas dasar kasih, ingin membantu atau membahagiakan keluarga, itu tidak jadi masalah. Yang menjadi masalah adalah yang saling membiarkan, cuek atau tidak peduli kepada keluarga apalagi kalau sampai tidak merasa bertanggung-jawab atas keluarga.. :) Gak lucu juga kalau hanya krn masalah pantes dan gak pantes menjadi tulang punggung, kita tahankan kelaperan? Gak lucu jg hny krn masalah pantes gak pantes trus menjadi masalah besar dan ribut? :)

Intinya, saling aja dalam segalanya. Saling mendukung, saling mengasihi, saling melengkapi dan saling mengingatkan demi Kemuliaan nama Tuhan.. amiiinn

Tapi, kembali kepada Alkitab (Kejadian 3:17-19 ; 23-24) bahwa memang laki-laki lah yg mencari nafkah (tulang punggung)..

*sebelum menikah, pastikan sudah saling mengenal dan saling menerima pasangan masing2 dgn segala kekurangan dan kelebihannya dan selalu didoakan :)

Saya salut dengan komentar wanita yang seperti ini, sangat bijaksana. Semoga lebih ditambahkan lagi hikmat kebijaksanaan dalam diri anda kelak. (bukan dalam permusyawaratan/perwakilan lho,.................................hahaha).

Pandangan Bro Golyat menurut saya bagus. Yang saya tangkap adalah dalam keluarga itu siapa yang jadi tulang punggung tidak penting.  Yang penting adalah prinsip kerjasama dalam keluarga yang disepakati dengan baik oleh suami dan istri.

Seandainya keluarga tsb punya sebuah toko dan sekeluarga juga tinggal di toko tsb sebaiknya di toko pegang oleh suami dan istri. Jadi disini tidak bisa diterapkan bahwa suami adalah tulang punggung yang mungkin ada suami lebih banyak berada di toko dibandingkan istri.

jadi tidak penting siapa tulang punggung tp kerjasama yang baik antara suami istri . Seandainya suami sakit dalam waktu lama maka sewajarnya istri yg bekerja. Jika istri yang sakit, suami akan bantu lebih banyak urusan rumah tangga. Dsbnya.

"JIKA WANITA TERCIPTA DARI TULANG RUSUK, PANTASKAH IA MENJADI TULANG PUNGGUNG"

Sebuah ungkapan yang kelihatannya enak di dengar, namun menurut saya tidak ada nilai filosofisnya.

Dari sisi tatabahasa, bentuknya tentu sebuah kalimat tanya, namun jawabannya tentu akan sangat berbeda dari apa yang diharapkan pembuat ungkapan tersebut.

Sebuah ungkapan yang analog dengan ungkapan diatas adalah kira2 adalah demikian (dapat dijawab sendiri),

#Kalau kita terlahir sebagai orang miskin pantaskah kemudian kita menjadi orang kaya"

atau ungkapan lain,

#Pantaskah kita memakai sesuatu yang dari dalam tanah sebagai perhiasan diatas kepala kita# (bagaimana dengan mas dan berlian yang seorang rajapun sering memakai pada mahkotanya

Saya tentu sangat mengerti ungkapan diatas lebih untuk meminta (dengan nada sedikit menyindir) pada laki2 untuk tetap dalam posisi pencari nafkah untuk keluarga.

Tentunya kemungkinan besar ungkapan ini di ciptakan oleh wanita, atau paling tidak akan banyak wanita "menggemari" ungkapan tersebut.

Saya tidak pada posisi ingin memprotes pada para wanita atas ungkapan ini, sebaliknya saya ingin mengajak sesamaku para pria disini bahwa sadarlah bahwa wanita pada umumnya menuntut kita para pria tetap sebagai pencari nafkah. Kalau ada gerakan emansipasi, itu adalah tuntutan persamaan hak, bukan persamaan kewajiban. Kalaupun ada persamaan kewajiban itu dalam artian kewajiban yang dulunya biasanya dilakukan wanita (bersih2 rumah, masak dll)   harus juga dapat dibebankan pada laki2.

Namun di luar semua itu kadang saya bertanya pada diri sendiri, sudah sebegitu parahkah prosentasi laki2 seperti itu.

Saya masih sangat yakin bahwa masih jauh lebih banyak laki2 bertanggung jawab yang berniat ingin menafkahi rumah tangganya daripada yang tidak.

Kalau ketika habis hujan anda berjalan pada sebuah jalan yang dalam luasan 10 % dari jalan itu ada genangan air, 90 % kering, terus anda kesal karena sepatu anda basah kena genangan air itu, ...............haruskah anda menyalahkan jalan itu, padahal kemungkinan besar anda yang salah memilih, padahal ada orang lain yang meliwati jalan yang sama dengan anda tanpa harus kebasahan sepatu..

Jadi semangatlah para adik2 wanita (boleh kan saya panggil adik2, usiaku jauh diatas rata2 kalian lho..............hahaha), ...........mencari pria yang sekedar punya kriteria ada kemampuan menafkahi itu banyak koq, kecuali kalau kalian menuntut kemampuan yang berlebihan, atau mungkin juga kriterianya diluar itu kebanyakan. Kalau seperti demikian instropeksilah diri sendiri, karena nanti mungkin saja ada ungkapan yang dibisikan kepada anda oleh sosok yang lebih bekuasa dari manusia seperti demikian : "KALAU AKU SUDAH MENCIPTAKANMU DARI RUSUK MANUSIA LAKI2, PANTASKAN KAMU MENUNTUT BERLEBIHAN DARI SOSOK MANUSIA YANG HANYA KUBUAT DARI DEBU TANAH".

DENI824 tulis:

Hehehe.. sering melihat dan membaca itu di medsos..

....

Kalo soal urusan rumah tangga,bagi2 tugas, kalo udah ga bisa handle pekerjakan ART.

Have a nice day all.

Benar" super sekali prinsip sista' berdua. kudos.

NINGSIH531 tulis:

@anita...bener jenk...krn kebanyakan skrg yg bnyk laki2 lebih memilih perempuan yg sdh mapan dlm materinya..mgkn biar tanggung jawabnya lebih ringan kali ya..pdhl bnyk perempuan berharap bahwa setelah menikah kita bisa stay dirumah mengurus suami dan anak dan berhenti bekerja...**termasuk saya...hehehe

klo membahas hal seperti ini tanpa ada data survey yang cukup akurat bahwa banyak pria lebih mencari wanita mapan, menjadi seperti menggosip kita hehe

Tapi tak usahnya dibilang banyak, tapi ada pria-pria seperti itu...

Kita pikir positif saja, jika pria sudah bekerja dan kemudian cinta dengan wanita yg ternyata lebih mapan, apa salahnya khan? apalagi jika wanita tsb ternyata mau dengan pria tsb.

Memang kita tidak menutup kemungkinan ada pria2 yang motivasi hanya materi saja alias pura2 cinta.  Tapi tidak juga menutup kemungkinan ada wanita2 mapan yang mencari pria siapa saja yg mau menikah dengan dia asal kebutuhan seks terpenuhi tanpa harus berzinah ya bisa dilbilang nikah kontrak.

Untuk menghindari orang2 sperti itu ya hanya dengan berusaha mengenal pasangan Anda dengan baik dan bawa terus dalam doa sebelum Anda menikahinya.

Yang tulang punggung itu laki2,kalau wanita penunjang kesuksesan suami,tp kalau mau mencari uang sih gak apa2 asal jngn lupa ngurusin suami dan anak2...

ga masalah, liat kondisinya...si pria jg kalau mmg lg ga kerja ,ya urus rumah lah,kecuali ada pembantu..saling mengisi, ga usah gengsi

Bagaimana hubungannya pernyataan "JIKA WANITA TERCIPTA DARI TULANG RUSUK, PANTASKAH IA MENJADI TULANG PUNGGUNG" dengan "Emansipasi Perempuan dan Kesetaraan Gender" ?

Kalau menurut ku emansipasi perempuan dan kesetaraan gender lebih menekankan baik perempuan atau laki-laki mendapatkan akses yang sama dalam pendidikan maupun pekerjaan/lembaga pemerintahan, tidak ada jurang pemisah.

Kemudian jika dikaitkan dengan topik ini, agak ga cocok karna disini yang dibahas lebih ke peran/kodrat wanita dalam rumahtangga. Sebenar nya ga menutup kemungkinan jika ia harus menjadi kepala keluarga jika ada hal-hal tertentu yang mengharuskan nya.

ZEGA376 tulis:

Bagaimana hubungannya pernyataan "JIKA WANITA TERCIPTA DARI TULANG RUSUK, PANTASKAH IA MENJADI TULANG PUNGGUNG" dengan "Emansipasi Perempuan dan Kesetaraan Gender" ?

setau saya sih yg menjadi tulang itu pasti dan harus laki2, gak pernah ada perempuan yang dipanggil tulang.. kalo gak percaya tanya ajh sm orang batak.,,

Iya benar

VIC671 tulis:

setau saya sih yg menjadi tulang itu pasti dan harus laki2, gak pernah ada perempuan yang dipanggil tulang.. kalo gak percaya tanya ajh sm orang batak.,,